Kebudayaan dan gotong royong adalah dua identitas Indonesia yang perlu dilestarikan dan dijaga esistensinya. Nilai-nilai tersebut bisa dimanfaatkan secara positif dalam kehidupan untuk menggerakkan solidaritas sosial agar bangsa Indonesia mampu menghadapi tantangan perubahan jaman, globalisasi, juga berbagai hal yang mengancam kehidupan masyarakat seperti bencana alam, konflik sosial maupun politik. Perwujudan dari sila ke 3 Pancasila adalah pernyataan paham kebangsaan tentang berbagai macam etnis budaya, yang bertujuan untuk mempererat persatuan, solidaritas tinggi, serta rasa bangga dan kecintaan kepada bangsa dan kebudayaan. Sila ke 3 Pancasila, Persatuan Indonesia, mengutamakan kepentingan dan keselamatan negara dari pada kepentingan pribadi, golongan tertentu seperti partai, agama, dan ras. Hal tersebut menjadi suatu motivasi dan alasan untuk menggerakkan solidaritas warga dan menciptakan keterikatan sosial pada kehidupan bangsa Indonesia.
Nilai utama dari sila ke 3, Persatuan Indonesia adalah persatuan dan kesatuan yang membuat bangsa Indonesia utuh dan tidak terpecah belah. Kebudayaan Indonesia yang beragam membuat warga saling bahu-membahu untuk menjaga kearifan tersebut. Penyelenggaraan acara budaya di setiap daerah mengandalkan kerja sama dan kekompakan antar warga. Selain semakin mempererat hubungan antar sesama, penyelenggaraan berbagai festival budaya di suatu daerah juga berfungsi sebagai penjaga budaya agar tetap eksis di kalangan masyarakat, menjadi ciri khas suatu daerah, dan tetap menjadi identitas suatu bangsa. Budaya adalah warisan yang sangat berharga dan wajib untuk dipelajari, dinikmati, dilestarikan, dan dipromosikan kepada khalayak umum.
Tulisan ini bertujuan untuk mengurai berbagai kebudayaan yang masih dijaga di Kecamatan Todanan dengan menggunakan Research Methodology. Kebudayaan yang masih melekat dalam benak setiap orang, saling bahu-membahu untuk menjaga kearifan lokal di sebuah desa kecil di Blora, warga yang notabene masih sangat mencintai budaya-budaya yang telah diwariskan nenek moyang kepada mereka. Hal ini berkaitan dengan pengimplementasian sila ke 3 Pancasila, karena selain bertujuan untuk menjaga budaya, mereka juga semakin bersatu, tanpa membeda-bedakan, bekerja keras dalam mengeluarkan pendapat-pendapat dan ide segar untuk menjadikan festival budaya semakin menarik setiap tahunnya.
Besar harapan bahwa tulisan ini mampu mewarnai berbagai desa yang sama-sama berjuang untuk tetap menjaga budaya di daerah masing-masing, menginspirasi desa-desa yang memiliki kebudayaaan yang hampir punah karena tidak ada yang mau menjaganya, serta menjadi tamparan bagi pemuda-pemuda agar mereka mau menjaga, melestarikan dan merawat budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Manusia dalam hidup kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia yang menciptakan dan menggunakan serta mempraktekkan budaya itu sendiri. Hubungan yang erat antara manusia dengan kebudayaan adalah cultural determinism yang artinya, segala sesuatu yang terdapat di masyarakat ditentukan karena adanya kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri. Hal ini pernah dijelaskan secara detail oleh Melvilie J. Herkovits dan Bronislaw Malllinoskiw. Kebudayaan berasal dari kata budaya jamak dari budidaya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan milik diri manusia.
Pancasila menjadi suatu dasar filsafat negara, maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sitem nilai. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan (Kaelan dikutip pada Asmaroini, 2017). Sila ke-3 Pancasila yang berbunyi "Persatuan Indonesia" mengandung nilai-nilai persatuan. Makna persatuan disini ialah, bahwa Indonesia itu tidak bisa di pecah belah. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki banyak pulau, yang artinya jutaan manusia tinggal dan hidup di dalamnya. Jika persatuan dan kesatuan tidak ditekankan pada kehidupan, maka tidak akan terjadi perdamaian di Negara Indonesia. Dalam hal ini perlu dikembangkan rasa cinta tanah air, rasa cinta pada bangsa Indonesia, dan bhinneka tunggal ika.
Rumusan Pancasila menjadi dasar negara yang diklaim mewakili tabiat dan karakter bangsa yang multi etnik, ras, kepercayaan, dan norma -- norma. Sebagaimana disampaikan oleh Soekarno, Pancasila mewakili jiwa bangsa Indonesia. Jiwa bangsa yang digali dari dalam bangsa Indonesia itu sendiri. Kristalisasi "jiwa bangsa" yang adalah sila -- sila yang termaktub dalam Pancasila. Â Karena itulah Pancasila dianggap sebagai jiwa, ruh, serta kepribadian bangsa Indonesia. Tanpa Pancasila, Indonesia adalah negara yang terombang -- ambing tanpa memiliki "jiwa" karena tidak mempunyai alat perekat dan pemersatu bangsa.
Berikut Pernyataan Bung Karno: "Bangsa atau rakjat adalah satu djiwa. Djangan kira seperti kursi-kursi jang disedjadjarkan. Bangsa atau rakjat mempunyai djiwa sendiri. Nah oleh karena bangsa atau rakjat adalah satu djiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar statis dan dinamis bangsa tidak boleh mentjari halhal di luar djiwa rakjat itu sendiri. Kalau kita mentjari hal-hal di luar djiwa rakyat itu sendiri, kandas. Ja bisa menghikmati satu dua, seratus dua ratus orang, tetapi tidak bisa menghikmati sebagai djiwa sendiri. Tiap-tiap bangsa memiliki kepribadian sendiri sebagai bangsa, tidak bisa opleggen (memaksakan) dari luar. Itu harus latent telah hidup di dalam djiwa rakyat itu sendiri. Susah mentjarinja, mana ini elemenelemen jang harus nanti total mendjadi dasar statis dan total mendjadi Letstar dinami. Ditjari-tjari, berkritalisir ke dalam lima hal ini: Ketuhanan jang Mahaesa, Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Kedaulatan Rakyat, Keadilan Sosial. Ini jang njata selali menjadi isi daripada djiwa bangsa Indonesia".
Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, warga Todanan ikut serta meramaikan pengimplementasian nilai sila Pancasila dalam kehidupan berbudaya mereka.
Kecamatan Todanan terletak di bagian barat laut Kabupaten Blora, dan berjarak 40 km kearah barat dari pusat kota Blora. Secara geografis, Kecamatan Todanan pada bagian utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Pati, di bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Japah, di bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Kunduran, dan bagian barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Grobogan. Kecamatan Todanan bersebelahan dengan dua kabupaten sekaligus. Bentang paling jauh dari ujung barat sampai ujung timur, 16 km, dan dari utara ke selatan sejauh 25 km.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora pada "Jumlah Penduduk Hasil SP2020 menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan (Jiwa), 2020" penduduk Kecamatan Todanan terdiri dari 31.631 laki-laki dan 31.399 perempuan. Warga yang cenderung banyak dan tentunya beragam ini bukanlah menjadi alasan untuk terpecah dan membeda-bedakan. Justru dengan keberagaman tersebut, masyarakat harus bisa menjadi simbol persatuan yang dikemas rapi dalam kebhinneka tunggal ikaan. Oleh karena itu, kita harus saling bahu-membahu untuk menjaganya tetap utuh dan harmonis. Â
Kecamatan Todanan masih erat dengan kebudayaan. Masyarakatnya sangat disiplin dalam menerapkan sila ke-3 Pancasila dalam kehidupan berbudaya mereka. Suti Rahayu, budayawan Blora yang sejak kelas 3 SD sudah berkecimpung dalam berbagai jenis kesenian ini menuturkan bahwa budaya di Todanan sangat kuat sekali, terutama kesenian. Tidak hanya orang tua saja yang ikut andil dan ramai serta berpartisipasi di dalam kegiatannya, tetapi semakin kesini, banyak anak muda bahkan anak kecil (dalam artian baru menginjak usia 7-10 tahun) sudah mengenal dan mempelajari budaya di Todanan. Tidak hanya mengenal, mereka bahkan berpartisipasi dengan cara mengikuti pembelajaran di sanggar. Hal ini sangat didukung oleh tetua desa karena budaya yang telah diturunkan secara teratur tetap memiliki banyak peminat dan penjaganya. Sesuai dengan pendisiplinan karakter mereka untuk tetap bersatu dalam menjaganya bersama.
Indonesia acapkali mengalami krisis toleransi. Perbedaan yang begitu beragam sering menimbulkan perpecahan dari berbagai belah pihak. Padahal, jika ditelaah secara mendalam, perbedaan itu sendiri yang menjadikan Indonesia lebih berwarna. Sebagai warga negara yang mempunyai kesadaran tinggi akan hal tersebut, kita harus menanamkan kata toleransi dalam pandangan hidup kita. Hal-hal tersebut harus dimulai dengan kesadaran kecil dan mempraktekkannya dalam lingkungan kita. Masyarakat Todanan mempraktekkan hal tersebut dalam kegiatan budaya mereka. Adi Wibowo, pemilik sanggar barongan besar di Blora, Guntur Seto, dalam wawancaranya mengatakan, dengan kita menjaga dan melestarikan budaya, secara tidak langsung kita juga ikut membina persatuan dan kesatuan di masyarakat. Seni dan budaya adalah suatu hal yang indah serta mampu menyatukan berbagai karakter masyarakat, serta menunjukkan identitas mereka.
Budaya adalah akar kultur dari leluhur kita sendiri. Dengan memelihara akar milik sendiri, bangsa ini tidak akan mudah dihancurkan oleh produk pemikiran kebudayaan bangsa lain. Para pegiat budaya mengatakan bahwa alasan mereka melestarikan budaya ini karena mereka mencintai kebudayaan dan kesenian mereka yang sarat akan makna, pesan moral, keindahan, dan kearifan lokal. Pada dasarnya mereka memang suka budaya, suka berseni, dan cinta akan kedua hal tersebut. Terlepas dari jalan mereka berbudaya sekaligus mencari uang, kesenian yang mereka geluti juga mendatangkan kebahagiaan bagi orang-orang sekitar. Tidak hanya satu dua orang yang mencemooh para budayawan dan seniman muda di Todanan, beberapa masyarakat menganggap aneh karena anak muda kok suka hal kuno, bahkan sebagian juga berpendapat kalau lagu jawa adalah lagu pemanggil setan. Tapi, kerikil kecil itu tidak pernah mereka hiraukan, karena sumber kehidupan mereka, ruh mereka, nafas mereka berada pada kebudayaan.