Hujan...
Deraimu nan rupawan
menelisik tiap jengkal tanah kegersangan
Terjun teratur bersama sejuknya riak-riak awan
Menjadi bukti betapa cintaMu tak berbatas keraguan
Buku...
Meski kubaca berulang seribu
Namun tak jua membuatku jemu
Pintu dari sekian banyak pintu IlmuMu
Teman setia dan obat segala sendu
Kopi...
Hitam ataupun tidak aku tak peduli
Asalkan mampu membuat semangat terbaharui
Ia yang pernah menjadi bahan bakar revolusi
Saksi sejarah dari orang-orang yg memiliki visi abadi.
Saya karang dan tulis puisi "asal-asalan" itu ditengah-tengah rintikan air hujan di pinggiran lapangan sekolah. Sambil menatap langit mendung yg menahan saya untuk segera pulang ke rumah.