Pelan-pelan kita merosot
Pengusaha besar harta melimpah
Cabang di sini proyek di sana
Omzet mulai menurun
Kepala mulai pusing
Tapi liburan keluarga masih terjamin
Pelan-pelan kita minus
Pedagang Kaki Lima di jalanan
Angkringan dan lesehan
Barang simpanan sudah disekolahkan
Modal makin tergerus
Usaha makin tak terurus
Pelan-pelan kita melarat
Buruh dan kuli harian
Tak kerja tak makan
Jangan tanyakan kuota belajar anaknya
Beruntung yang punya kampung halaman
Tercekik di kota pulang ke desa
Pelan-pelan kita menikmati
Aparatur negara bergaji tetap
Santuy saja seberapapun lama penyekatan
Semakin lama Work From Home
Semakin lama rebahan
Pelan-pelan kita melebar
Cadangan dana tak mengkhawatirkan
Cukup buat lockdown bertahun-tahun
Bertambah jumlah langganan tontonan
Melonjak ukuran perut dan lingkar badan
Pelan-pelan kita mabok
Sama frustasi, beda pelampiasan
Yang kaya bermain heroin
Yang kere bermain pil koplo
Keduanya sama masuk berita
Yang kaya direhabilitasi
Yang kere masuk penjara
Yang lebih frustasi main oplosan
Tidak tertolong masuk kuburan
Pelan-pelan kita mencoba (lagi)
Kami bukan bahan percobaan
Meski sudah sering dikorbankan
Kami adalah pertanggungjawaban
Tapi kehidupan kami dipermainkan
Kalian sibuk bicara pembatasan
Lupakan perut kami yang kelaparan
Merasa cukupkah yang sudah kalian kucurkan?
Pelan-pelan kita memperpanjang
Kalian hanya sibuk dengan angka
Tapi lupa dengan emosi dan rasa
Rasa lapar dapat menjelma menjadi apa saja
Konon besok perpanjangan lagi
Kapan mau adu pinalti?
Pelan-pelan kita menyalahkan
Kalian tuduh kami lubangi kapal
Kayunya sudah lapuk sejak awal
Pakunya sudah berkarat sebelum berlayar
Layarnya sudah bolong sejak belum terkembang
Badai pasti berlalu
Tapi kapal kami tak pasti berlabuh
WYATB GBU ASAP.