Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Gerangan Suasana Perayaan Tujuh Belasan di Tengah Bayang-bayang Pandemi?

21 Juli 2020   07:00 Diperbarui: 21 Juli 2020   06:59 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurang dari sebulan lagi kita akan merayakan Hari Ulang Tahun kemerdekaan RI ke-75.

Upacara bendera di sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintah. Lomba-lomba khas tujuh belasan seperti panjat pinang, balap karung, tarik tambang, balap kelereng, balap bakiak, makan kerupuk, memasukkan pensil atau paku ke botol, memindahkan belut, memecahkan balon, membawa kelereng di sendok, dari pelosok kampung hingga cluster perumahan elit. Hal yang sering kita saksikan berulang setiap tahun tersebut, kemungkinan besar di tahun ini kita akan sulit mendapatinya.

Bayangkan kemungkinan diselenggarakan lomba-lomba ini meski tanpa penonton fisik sekalipun (ya, kayak pertandingan sepakbola sekarang, diselenggarakan tanpa penonton langsung di stadion). Jadi warga dipersilakan menontonnya di kanal social-media yang dipersiapkan panitia.

Panjat pinang, jelas lomba yang bukan hanya memancing kerumunan, para pesertanya sendiri adalah kerumunan. Mau panjat pinang pakai masker pun tidak bakal diijinkan. Selain itu tentu geli, membayangkan orang panjat pinang pakai masker, karena saat panjat pinang, jangankan masker, celana pun beresiko bisa melorot......

Lomba tarik tambang. Lomba ini sejak awal sudah melanggar prinsip physical distancing. Kerumunan orang di masing-masing sisi tambang. Selain itu membayangkan orang-orang bermasker mengeluarkan segenap tenaga untuk menarik tambang, bisa sampai ketelan itu maskernya....

Lomba balap bakiak. Nah, ini juga sejak awal melanggar prinsip physical distancing. Tiga sampai empat orang berbaris rapat dalam bakiak yang dipaku menempel ketat.

Bagaimana dengan lomba balap karung? Kayaknya masih mungkin menerapkan prinsip physical distancing, jarak antar peserta dibikin jauh. Dan tiap peserta harus membawa karungnya sendiri-sendiri. Cuma para peserta pasti akan ngos-ngosan banget, kalau mengenakan masker sambil lompat-lompat. Mungkin cuma pocong yang bisa lompat-lompat tanpa pengap meski tertutup rapat.

Lomba makan kerupuk. Ini jelas jenis lomba yang tidak bakal diijinkan, sekalipun tiap peserta membawa kerupuknya sendiri-sendiri. Sekalipun jarak antar peserta dibikin sejauh mungkin. Bayangkan mereka harus mangap-mangap di ruang publik dalam waktu lama, tentu sangat beresiko terpapar droplet dan micro droplet. Kecuali bila setiap peserta memakan kerupuknya di rumah masing-masing. Permasalahannya adalah standarisasi ukuran kerupuk.

Lomba membawa kelereng di sendok. Sekalipun tiap peserta membawa kelereng dan sendoknya sendiri juga tidak bakal diijinkan. Karena peserta tidak mungkin mengenakan masker.

Lomba memecahkan balon. Nah, ini lomba yang berbahaya, terlepas apakah balon akan dipecahkan dengan jarum, atau dengan dempetan perut. Siapapun yang akan meniup balon mesti menjalani tes swab terlebih dulu.

Lomba memindahkan belut. Masih mungkin dilakukan dengan menjaga jarak antar peserta dan menggunakan masker. Cuma sepertinya para peserta akan kesulitan untuk mempersiapkan belut dan botol sendiri-sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun