Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Njagake, Nranyak, Ngelunjak

9 April 2020   10:01 Diperbarui: 9 April 2020   10:21 1667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mahluk dengan mindset "taken for granted" ini mungkin pernah kita hadapi di lingkaran kerabat atau tetangga. Misal, Paijo punya teman Joni, Joned, dan Jontor. Ketika Paijo mau ngutang, Joni tak pernah mau ngasih. Ketika Paijo butuh bantuan, Joned tak pernah mau bantu. Jontor, adalah sosok pemurah yang gemar membantu dan menghutangi Paijo. Tapi, ketika satu kali saja Jontor, tidak bisa membantu Paijo, maka di mata Paijo, Jontor sudah menjadi orang yang paling jahat. Selanjutnya, Paijo masih bisa jalan bareng dengan Joni dan Joned, tetapi Jontor sudah dianggap sebagai musuh. Aneh tapi nyata, kelakuan semacam Paijo itu memang bagian dari lelakon dunia.

Menjadi orang baik itu memang penting (meminjam dari ungkapan populer dari Ebet Kadarusman), tetapi kita mesti tetap menyadari keberadaan orang-orang yang memiliki karakter njagagake, nranyak dan ngelunjak. Lakukanlah kebaikan dengan kebijaksanaan.

Pada nasihat "Tangan kanan memberi, tangan kiri tak perlu tahu" ternyata mengandung banyak kebenaran. Utamanya adalah agar tak tersebar kabar kalau diri kita adalah semacam "hotline" untuk kerabat atau teman yang memerlukan bantuan. Tapi kini cara tersebut pun tak selalu ampuh. 

Katakanlah kita melihat teman kita si A, sedang memerlukan bantuan. Karena kita merasa dia layak untuk dibantu, kita pun bantu si A. Tapi kita kemudian menghadapi kenyataan, bila si B, si C, si D, ketika mereka mengalami permasalahan seperti si A, kok semua datangnya ke kita? Kayak sudah tersebar kabar, "Kalau ada masalah kayak gini, minta tolonglah sama dia, pasti dia mau bantu, dia kan orang baik ...." Ndhasmu .... Kalau kayak gini kelakuannya sih mending nggak usah dibilang orang baik saja. Gak dianggap sebagai orang baik, juga gak patheken .....

"Jangan suka pamer kekayaan, jangan suka pamer barang-barang kita", sebuah pesan yang sangat tepat. Tidak perlu woro-woro bila (misalnya) kita kaya, tidak perlu woro-woro kalau punya barang-barang bagus. Karakter seperti ini banyak manfaatnya. Minimal mengurangi kerepotan menghadapi mahluk-mahluk yang hobi ngutang, minjem barang, apalagi minta-minta. 

Juga menghemat energi dari mesti banyak menolak diprospek MLM dan tawaran asuransi. Lha wong kere, apa yang mau diasuransikan? Meski di era social media ini, bagi sebagian orang menekan hasrat untuk tidak pamer adalah sebuah perjuangan berat. Waspadalah, di jaman generasi rebahan gini, maling  juga hobi stalking, tanpa perlu capek-capek keliling.
 
Dalam hidup jangan sampai jadi orang yang gemar njagake. Hanya satu dimana kita boleh njagake. Yaitu yang segala sesuatu bersandar pada-Nya.

Ojo gumunan
Ojo kagetan
Ojo dumeh

Ojo njagake
Ojo nranyak
Ojo ngelunjak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun