Pengalaman singkat ini saya bagi dengan harapan semoga berguna buat keamanan dan keselamatan kita, terutama bagi yang kerap menggunakan aplikasi online.
Ketika malam tahun baru 2020 kemarin, sekitar pukul 18.30, saya memesan taksi online. Pesanan pertama, info lengkap, nama, merk dan plat mobil. Setelah menunggu beberapa menit sepertinya driver terjebak macet, pergerakannya lambat, lalu driver menyarankan di-cancel saja karena akan sangat lama untuk sampai ke titik jemputan, ok tak masalah, kita sepakat di-cancel.
Pesanan kedua, dapat driver, anehnya hanya ada info nama, tanpa info merk dan plat mobil. Saya ingat sekitar setahun lalu saat pesan taksi online, memang kadang info plat mobil muncul kadang tidak.
Tetapi sekarang-sekarang ini rasanya sudah tertib, info muncul lengkap. Tapi saya terpikir juga, apakah karena banyaknya pemesanan di malam tahun baru, beban server berat, sehingga info lengkap tidak muncul.
Lalu saya chat ke driver menanyakan warna mobil. Saya biasa menggunakan info warna mobil, untuk mempercepat mengenali, baru kemudian mencermati platnya. Lama tak ada respon, kemudian malah dijawab dengan permintaan untuk bayar cash saja.
Di sini saya mulai merasa aneh, apalagi mobil sejak tadi nampak tanpa pergerakan. Lalu saya chat ulang menanyakan warna mobil, saya ingin lihat keseriusan driver menerima order. Lama tak ada jawaban, tak nampak ada pergerakan mobil, tiba-tiba driver chat kata-kata kasar, lalu pesanan dibatalkannya.
Secara otomatis sistem mencari driver lain. Singkat kata, sukses memperoleh driver lain, info nama, merk, plat semuanya lengkap. Dan Alhamdulillah lancar sampai tujuan sesuai ketentuan.
Setelah selesai semua kejadian itu saya coba merenung. Lalu saya telusuri di aplikasi mengenai riwayat pemesanan. Pada riwayat pemesanan, semua pesanan kita, termasuk yang dibatalkan sekalipun akan tercatat. Anehnya setelah saya telusuri di riwayat pemesanan, pesanan kedua (yang tanpa info merk dan plat) tidak tercatat.
Saya jadi terpikir, mungkin ini termasuk apa yang sering dibicarakan sebagai driver "tuyul". Makanya mereka ngotot minta dibayar cash, karena bila dibayar non-tunai tentu dananya ndak akan bisa mereka terima, lha wong "tuyul".
Saya teringat dengan pengalaman orang lain yang di-share di social-media. Calon penumpang, sebut saja A, memesan taksi online. Ada mobil berhenti di dekat A, driver menyebutkan nama A, tetapi platnya ketika dicek oleh A ternyata beda dengan yang tampil di aplikasi pemesanan. Driver tersebut berusaha meyakinkan kalau betul dialah yang menerima pesanan A.
Tetapi karena A melihat di aplikasi pergerakan mobil yang dia pesan belum sampai, A memilih menunggu. Dan, beberapa saat kemudian sampailah mobil kedua, driver menyebutkan nama A, kali ini platnya sesuai. A pun memilih naik mobil kedua tersebut, dan selamat sampai tujuan. Tetapi tetap ada sejumlah tanda tanya, siapa sebenarnya driver mobil yang pertama datang tersebut, bagaimana ia bisa memperoleh info pemesanan A?