Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Kesombongan Termaafkan Atas Nama Vario 150 eSP

5 Mei 2016   23:48 Diperbarui: 6 Mei 2016   00:12 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu suasana di luar terlihat ramai. Saya melirik jam di dinding. Jam delapan kurang, mungkinkah tukang sayur datang lebih awal?acara melantai alias mengepelpun saya hentikan untuk mencari tahu keluar. Di luar memang terlihat tukang sayur. Namun sepertinya bukan dia biang keramaian karena dia justru terlihat bengong sendirian tanpa ada satupun ibu-ibu yang berada di sisinya. Padahal biasanya dialah satu-satunya biang keramaian di pagi hari. 


Pandangan pun saya alihkan ke tempat lain. Ternyata ibu-ibu sedang berkerumun di depan rumah Bu Ibet yang berada persis sebelah kanan rumah saya. Dari dekat terlihatlah Bu Ibet sedang asyik berkoar-koar di tengah kerumunan. Mengetahui bahwa dialah biang keramaian ini seketika kepenasaran saya menghilang. Firasat saya mengatakan bahwa Bu Ibet sedang memamerkan sesuatu. 


Semua orang sebenarnya sudah hapal kalau Bu Ibet ini tukang pamer. Bulan lalu saat membeli tv baru beritanya dia sebar lewat sosmed. Dua hari yang lalu dia bersilaturahmi ke tiap rumah untuk mengumumkan kulkas barunya. Herannya masih banyak ibu-ibu yang terpesona dan memuji barang barunya. Bu Ibetpun tambah girang dibuatnya. 


Tanggung berada di situ sayapun mendekati kerumunan itu dan mencari tahu apa lagi yang akan dipamerkannya.
"Jadi ibu-ibu tunggu saja ya.. Sebentar lagi datang motornya"seru Bu Ibet. 


Motor? Bu Ibet beli lagi motor?ga salah? Bukanya motor terbarunya belum setahun ini dia beli. Luar biasa sekali Ibu yang satu ini. Beli motortuh seperti beli baju saking seringnya. Lima tahun kami bertetangga hampi sepuluh kali dia gonta-ganti motor. Dan ini sangat berlawanan dengan saya yang hingga detik ini masih setia dengan motor lama. Selain bernilai historis karena saya beli dengan mencicil dari gaji pertama saya. Motor matik yang saya miliki sepertinya masih layak digunakan karena masih bisa melaju di jalanan dengan rekam mogok yang tak terlalu parah. Setali tiga uang dengan suami saya. Diapun sepakat untuk tidak membeli motor baru hingga motor yang bernama juleha ini benar-benar tak lagi bisa digunakan. Padahal kalau boleh jujur juleha sudah tak nyaman untuk dipakai. Selain warnanya yang sudah memudar kecepatanyapun sepertinya tak bisa dipaksakan untuk balapan. Kalau kepepet karena kesiangan maka juleha bukan pilihan untuk bisa diajak tepat waktu. 


"Eh Bu Irma tetanggaku tercinta baru datang! Ketinggalan info nih sepertinya! Saya lagi cerita sama Ibu-ibu kalau saya baru saja beli motor baru, eh mereka penasaran pengen liat motor baru saya kayak apa."tiba-tiba tanpa ditanya bu Ibet mengeluarkan sapaanya. Saya tersenyum dipaksakan.
"Oh iya selamat ya bu,aduh tapi ini saya tanggung lagi beres-beres rumah, nanti saja saya lihat-lihat motor ibunya ya.. ."saya berusaha cari alasan supaya bisa pergi. 


Baru saja niat balik kanan sebuah mobil pengantar motor tiba di hadapan kami. Tanpa dikomando ibu-ibu segera berjajar seakan menyambut kedatangan motor baru Bu Ibet.
"Ibu-ibu ni motornya dah datang ayo yang mau lihat mendekat! "seru Bu ibet.
Setelah berbincang-bincang sebentar dengan petugas dealer pengantar motor, motorpun diturunkan. Semua mata tertuju pada motor itu. Tampak bagian depan motor itu terlihat begitu elegan. Tak seperti motor lain yang memiliki perpaduan beberapa warna motor ini warnanya hanya hitam saja. Herannya meski hanya satu warna namun terlihat klasik dan mewah. Tulisan vario 150 esp yang mengkilat dibagian body samping menyempurnakan kesan itu. 

[caption caption="Warna hitam klasik dok pribadi"][/caption]

Tak ingin larut dalam kekaguman pada pandangan pertama sayapun memilih secepat kilat kembali ke rumah. Dalam hati saya menganggumi motor vario 150 esp namun gengsi kalau harus ketahuan Bu Ibet.
Berita Bu Ibet punya motor baru yang keren segera jadi trending topic di dunia arisan dan pengajian ibu-ibu. Orang-orang yang kebetulan tak hadir dalam peluncuran perdana motor vario 150 esp pada penasaran dan bertanya. Saya yang kebetulan tetangga terdekat Bu Ibet menjadi sasaran pertanyaan mereka.
"Katanya Bu ibet motornya keren ya? "
"Beneran motor baru Bu Ibet merk vario 150 esp? "
"Apa bener harga motornya cuma 20 jutaan ya? "
Berbagai pertanyaan hanya bisa kujawab iya kali. Enak saja Bu Ibet yang baru beli motor saya yang harus jadi jubirnya. Kesal selalu dicecar pertanyaan untuk beberapa hari saya memilih tak keluar rumah. Kalaupun terpaksa keluar rumah maka saya akan memilih waktu dimana orang-orang tak banyak berkeliaran. Biasanya saya mengintip dulu kondisi luar dari balik kaca. Kalau terlihat sepi baru saya keluar.
Beberapa hari kemudian demi tak bertemu orang-orang , saya pergi ke pasar setelah sholat shubuh. Supaya tak bolak-balik beli ke tukang sayur saya berencana membeli semua bahan makanan untuk satu minggu ke depan.
Dengan berjalan sedikit mengendap saya keluar dari halaman. Membuka pintu pagarpun super pelan agar tak berisik dan terdengar siapa-siapa. Kelegaan terasa setelah sampai depan rumah. Baru saja mau melangkah tiba-tiba terdengar suara orang bertanya.
"Mau kemana Bu? "terdengar ada suara Ibu-ibu yang sepertinya sudah tak asing ditelinga saya.
Seketika saya terperanjat. Selain tak menyangka ada orang lain yang berada diluar sepagi ini. Sayapun tak menduga bahwa orang itu adalah Bu ibet. Dengan senyum khasnya dia terlihat duduk manis di atas vario 150 espnya.
Sayapun bertanya dalam hati kok bisa suara motor Bu ibet tadi tak terdengar. Andai terdengar sayakan bisa mengurungkan niat untuk keluar. Setelah saya pasang kuping baik-baik ternyata suara mesin vario 150 esp memang halus sekali dan nyaris tak terdengar.
"Mau ke pasar Bu? Ya udah samaan aja, kebetulan saya juga mau ke pasar loh"
Kalau sudah di depan mata begini tentunya sulit untuk menolak ajakannya nanti dikiranya saya iri karena dia beli motor baru. Walaupun iya tapikan masa diperlihatkan. Akhirnya sayapun pasrah dan duduk di belakang nya. Saat mendaratkan diri di jok saya tak menyangka kalau joknya bisa seempuk ini. Apa mungkin karena baru ya?
Langit masih gelap saat jalanan kami lalui. Fajar memang belum menampakkan diri. Namun kegelapan shubuh ini seketika sirna tersorot lampu motor vario 150 esp yang sepertinya lebih terang dibanding motor yang kebetulan lewat secara bersamaan. Saya  mulai mengagumi dari motor vario 150 esp ini.

[caption caption="Vario 150 esp dokumen honda"]

[/caption]

"Tadi malam hujan ya bu?"" saya membuka percakapan setelah sekian lama terdiam.
"O iya ya... Semalaman ya Bu? Oalah jalan depan jembatan bisa banjir tuh! "
"Apa ga sebaiknya kita mengambil jalan lain saja Bu? "tanya saya . Khawatir juga kalau harus lewat jalan situ soalnya banjirnya bisa sampai semata kaki. .
"Hahaha.. Ga usah panik Bu! motor vario 150 esp ini jarak dengan tananhnya dibuat lebih tinggi dibanding seri sebelumnya. Jadi kita bisa melewati daerah rawan banjir tanpa khawatir."sepeti menyadari kekhawatiran saya Bu Ibet tertawa ringan.
Dan betul saja vario 150 esp ini dengan lincahnya melalui jalan tergenang banjir itu. Kekaguman kembali saya rasakan.
Entah karena jalanan masih sepi atau Bu Ibet mengendarai vario dengan kecepatan penuh perjalanan yang biasanya terlewati selama 15 menit kali ini hanya perlu waktu 5 menit saja. Bu Ibet tak terlihat keberatan mengendarainya.Apa mungkin karena tubuh gempalnya mampu menahan beratnya vario?
"Bu ga kok kayak gampang banget bawain motor ini. Bukannya vario itu berat ya buat dibawain perempuan? "saya mencoba bertanya saat kami sampai ke parkiran pasar.
"Vario 150 esp ini kan lebih ringan bu dari seri sebelumnya. Pulangnya Bu Irma cobain deh biar bisa tahu betapa ringanya ni motor" sayapun tersipu malu mendengar tawaranya. Ketahuan kepo juga saya.
Di pasar konsentrasi saya saat berbelanja sedikit buyar. Beberapa menit duduk di motor vario 150 esp tadi memberi sensasi lain rasanya.untungnya di pasar kami memutuskan untuk berpisah dalam mencari belanjaan. Kalau tidak bisa-bisa percakapan tentang vario 150 esp bisa menggangu konsentrasi belanja.
Saat menuju tukang tomat sebagai destinasi terakhir acara belanja Bu Ibet sudah berada di samping saya dengan menenteng 2 kantung besar isi belanjaanya.
"Kita pulang bareng lagi aja yu bu"ajaknya.Sayapun mengiyakan ajakanya. Setelah membeli tomat kamipun melangkah ke arah parkiran.
Yang namanya parkiran pasar ya pastinya penuh dengan motor berjajar. Meski saya ingat motor vario 150 espnya namun sepertinya sulit mencari keberadaanya ditengah barisan motor seperti ini.
Namun kebingungan sama sekali tak terlihat di raut muka Bu ibet. Santai saja dia menganmbil kunci motor dari sakunya.
"Bu ga usah bingung cari motor saya nih tinggal pijit tombol di kunci ini udah deh motornya bakal ketemu "sekolah tahu kebingungan saya kesombongan Bu Ibet kambuh lagi. Setelah memijiit tombol di kuncinya tiba-tiba terdengar suara alarm dari sebuah motor bersamaan dengan menyalanya lampu sein sebuah motor yang letaknya dua barisan motor dari kami. Laksana orang kampung yang baru nemu benda aneh beberapa detik saya sempat melongo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun