Â
[caption caption="Pemandangan indah di awal bulan dokumen pribadi"][/caption]
Saat yang membahagiakan bagi para ibu seperti saya adalah saat suami gajian di awal bulan. Terbayang indahnya pemandangan saat setumpuk uang tiba dengan selamat dan sentosa di tangan saya. Untuk beberapa saat mata saya akan berbinar-binar dibuatnya.
Sebagai ratu rumah tangga sekaligus bendahara abadi saya harus piawai mengatur aliran dana . Urusan ngatur duit itu ternyata sungguh sulit. Dari mulai bayar kreditan rumah sampai kreditan panci. Sudah beli kebutuhan sebulan ternyata masih ada juga kebutuhan sehari-hari.
Hasrat hati ingin menabung jika ada sisa. Apa daya uang yang ada tak pernah bersisa. Kalau sudah begitu endingnya adalah saya hanya bisa garuk-garuk kepala . Apalagi jika tanggal gajian berikutnya yang masih jauh. Sementara dompet sudah nyaris tak berpenghuni. Akhirnya terpaksa meminta suntikan dana tambahan dari suami meski dia bilang rela namun senyumnya mengatakan tidak karena jatah operasionalnya harus terpotong.
Seperti mendapat durian runtuh rasanya saat tahu kompasiana mengadakan nangkring bersama LPS di brooklyn cafe Bandung tanhgal 16 April 2016.Judul acara nangkring yang berbunyi, "merencanakan keuangan yang baik untuk masa depan "rasanya gue banget. Sedangkan LPS sendiri sejauh ini baru saya tahu lewat stiker yang tertempel di kaca bank. Dan kalau dites saya hapal kepanjangan LPS yaitu Lembaga Penjamin Simpanan. Tanpa pikir lama sayapun mendaftarkan diri sebagai peserta.
Ini adalah kali pertama saya mengikuti kegiatan kopdar kompasiana. Sebagai anak bawang saya duduk manis di kursi depan berharap apa yang disampaikan bisa langsung saya fahami serta amalkan.
[caption caption="Emak-emak kepo sumber:ikhwanul halim"]
Cuap -cuap manis sebagai pembuka dari Mba Puti sebagai pembawa acara memberi kesegaran tersendiri sebelum akhirnya para pembicara utama ditemani naik ke atas pentas ditemani mas Iskandar Zulkarnaen.Â
Adalah Bu Novrita yang mengawali pembicaraan seputar pengelolaan keuangan.Menurut beliau setiap bulan kita perlu menulis semua daftar kebutuhan. Setelah itu kita harus mampu menyaring mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang hanya keinginan belaka. Mengapa demikian? karena sepertinya berapapun gaji kita takkan pernah cukup kalau kita tidak mampu memilah dan memilih mana yang merupakan kebutuhan mana yang merupakan keinginan. Keinginan itukan tak tehingga. Selama uang masih dikandung badan selama itupula keinginan takkan terpuaskan.
Hmm.. .sepertinya itu yang belum pernah saya lakukan selama ini. Saya tidak pernah mencatat daftar kebutuhan.Kalau memang ingin dan uang ada maka barang yang tak pentingpun pasti berhasil digenggam.Â
Bulan lalu tanpa direncana saya memborong daster cuma gara-gara tukang dagangnya obral rayuan bahwa daster merek syahrini yang saya beli bisa bikin suami lupa diri. Sayangnya setelah dipakai bukan memuji suami saya justru menertawakan warna dan potongannya yang menurutnya norak.Sedihnya lagi baru sekali pake daster yang terlalu ngepas di badan itu susah dibuka dan nyangkut di ketek hingga akhirnya robek.
 Akhirnya lembaran uang merah itu terbuang sia-sia selain ketidakmampuan membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan plus terlewatkannya proses pencatatan kebutuhan.