Suami saya termasuk orang yang rajin banget minum madu. Terutama pada saat badannya kurang fit. Dan kebiasaanya minum madu itu selalu disarankan pada saya, juga anak-anak. Akan semakin gencar kalau saya dah terlihat tak sehat maka biasanya dia langsung menyuruh minum madu.
"Minum madu dong!" Pintanya kalau saya mengeluh capek. Nadanya masih rendah .
"Minum madu sana, Cepeettt!" Perintahnya kalau saya berisik mengeluh tak enak badan. Nadanya mulai meninggi
Jujur ya,saya kurang suka minum madu. Soalnya menurut saya madu itu terlalu manis. Apa jadinya saya yang konon katanya termasuk golongan emak-emak berparas manis coba ? bisa-bisa kadar manisnya bisa jadi berlebihan dong (jurus berkelit).
Sebenarnya saya tahu kalau madu tuh banyak banget manfaatnya. Sudah tak terbantahkan deh .
Kedua ,menurunkan tekanan darah sehingga  dapat menjaga kesehatan jantung. Kesehatan jantung tuh nomor satu ya gaesss!
Dan yang ketiga mampu menurunkan trigliserida . Madu merupakan obat legend dan turun temurun dari orang tua jaman dahulu. Kalau anak demam ,filek atau batuk pasti orang tua menyarankan memberi madu.Â
Tuhkan banyak manfaatnya. Tahu kok saya! Lah terus kenapa saya ga suka minum madu? Nah itu dia dari sekian madu yang saya coba, saya kok kurang cocok sama rasanya. Manisnya kebangetan dan kadang bikin ga nyaman saat melewati tenggorokan.
Karena hal itulah kami kadang jadi sering saling tarik urat syaraf kalau kondisinya suami dah benar-benar maksa saya minum madu.Â
Suami pantang mundur menyodorkan sendok dan botol madu. Saya mencoba kabur dengan alasan ke dapur.  Kalaupun akhirnya saya berhasil diberi madu oleh suami itu semata saya dah tumbang itupun pakai disuap paksa.