Kemarin pagi sebuah pesan masuk. Pesan dari siswa yang selama ini saya ajar. Yandi Namanya. Dia tidak sekolah di SMAN Negeri, dia duduk di bangku SMA swasta. SMA Angkasa yang letaknya kebetulan bersebrangan dengan  bimbel NEUTRON tempat saya mengajar.
Pesan yang dia tulis singkat saja
"Assalamualaikum Mba, Alhamdulillah Mba Yandi lolos SNM di ITB"
Saya bergetar membacanya. Ada perasaan hebat yang saya rasa. Antara bahagia dan juga tak percaya.
Bahagia karena dia di terima di ITB (Institut teknologi Bandung) Â yang merupakan kampus impiam siswa-siswi seBandung raya, Jawa Barat bahkan mungkin se Indonesia. Dia mampu mengalahkan pesaingnya yang lain.
Tak percaya karena dia sekolah bukan di SMA Negeri dimana stigmanya peluang masuk SNMPTN di sana. Dia menumbangkan itu.Â
Bahkan saya pribadi tak pernah yakin dia bisa masuk lolos SNMPTN dan pernah menguatkannya untuk mencoba jalur SBMPTN kelak.Â
Dia dan saya mungkin sama-sama tak percaya. Memang posisinya di sekolah menempati peringkat pertama alias juara umum. Maka sebetulnya lumrah kalau dia bisa dapat tiket di ITB.
Kemudian saya flash back lagi mengingat bagaimana dia belajar,bagaimana dia bertanya saat belajar, dan bagaimana kemampuan dia dalam menangkap apa yang saya ajarkan.
Ya,dia memang bisa dikategorikan rajin. Mau menghabiskan waktu hingga gelap, Â selalu semangat melahap penjelasan saya tentang kimia, tak pernah mengeluh dengan seabreg tugas yang harus diselesaikannya.