Yes! Tahun ajaran baru. Anak saya yang cikal naik kelas 6 SD sementara yang kedua masuk SD.
No! Ternyata kabar kami dapatkan bahwa semester ini pembelajaran kembali akan lewat daring.
Terbayang kembali 6 bulan ke depan saya dan Bapaknya harus jadi guru kembali buat anak-anak di rumah.
Bukan karena engggak mampu atau enggak bisa mengajar anak SD, timbang pelajaran SD mah kayaknya kita bisa ngedadak belajar,tapi menempatkan diri menjadi guru mereka itu ga gampang loh.
Secara mereka tahu sifat Emak-Bapak mereka kayak gimana. Meskipun suara marahnya ga kalah dari suara petir menggelegar tapi mereka tahu kami kalah oleh air mata.
Belum lagi kalimat kesukaan seperti bentar ya,nanti ya sering mereka lontarkan dengan alasan pengen ke air dulu, pengen makan dulu atau tiba-tiba menguap di depan kita.
Bapaknya mungkin bisa lebih sangar,tapi ujung-ujungnya terjadi physical distancing dadakan kayak tahu bulat.
Emaknya sih lemah,paling gampang dimintai permisi.
Menjelaskan materi agar masuk ke pemahaman mereka juga enggak gampang, apalagi misalnya kalau cara menerangkan matematik kita sering beda sama gurunya.Â
Gurunya dah pakai metode keren,kita masih bermain jari atau biji korek api ,yang ada anak bawaanya hahaha ketawa dan hilanglah kesakralan belajar.
Kerjaan saya sebagai emaknya harus ditunda dulu pada saat jam pelajaran daring dimulai. Kalau pas ada Bapaknya ya bisa serah terima jabatan,tapi pas enggak ada saya harus stand bye.
Ikut mempelajari video pembelajaran yang anak-anak ikuti. Kalau anak-anak ga mengerti dan mereka mencolek saya masa iya saya geleng-geleng pasrah,bisa turun wibawa keemak-emakkan saya.