Pasrah. Satu kata yang tepat untuk kondisi lebaran kali ini. Tak bisa mudik jauh ,begitupun mudik dekat. Cuma bisa merasakan kupat lokal,tak bisa mencicipi kupat buatan Mama tersayang.
Tak bisa salam-salaman apalagi peluk-pelukan. Akhirnya sedari malam coba produksi kartu lebaran yang bisa dikirim di media sosial.
Di tempat saya ,sholat Id tadi pagi digelar . Meskipun diubah lokasinya,yang biasanya 4 blok di satu lokasi ,sekarang dianjurkan masing-masing blok di masing-masing mesjid. Kemudian anak-anak dianjurkan untuk tidak ikut serta.
Karena anak-anak saya tak bisa ikut serta akhirnya hanya Ayahnya yang sholat Id,saya  berempat di rumah saja sambil menyiapkan makanan untuk yang beres sholat Id.
Selepas sholat sama seperti tahun lalu,kami sungkeman lalu makan.
 O,ya sudah saya memang tinggal seatap dengan mertua bersama 2 kakak ipar saya. Sementara 1 lagi kakak ipar yang berdomisili di Sukabumi  memilih tak pulang karena mengikuti anjuran untuk tidak mudik. Begitu sayangnya mereka pada kami,hingga merekapun menekan rasa kangen dan sayangnya.
Maka video callan pertama kali saat makan adalah bersama kakak Ipar yang di Sukabumi tadi. Biasanya dia tak pernah absen berlebaran di sini. Paling tidak seminggu sebelum lebaran mereka sudah berada di sini.
Selesai makan giliran saya yang menghubungi Mama di bandung. Ini sebenarnya yang paling berat di lebaran kali ini,tak bisa sungkem pada Mama.Â
Tahun lalu setelah sungkeman dan makan-makan,kami bersiap menuju Bandung. Menggunakan angkutan umum  dan Kereta Api. Meskipun ribet karena harus berkali-kali ganti,namun kami begitu menikmati.
Hanya saya yang tak bisa sungkeman,kedua kakak  tinggal di Bandung sehingga sepertinya masih bisa mengunjungi Mama.Â
Selesai video call dengan Mama,giliran Ibu mertua yang dihubungi adik-adiknya. Dimulai dengan adik laki-lakinya yang tinggal masih satu kota.
 Saat masih asyik berbincang dengan adik laki-lakinyaa,dua adik perempuannya yang tinggal di desa melakukan video call juga ,terpaksalah dicancel dulu demi menyelesaikan percakapan .
Tahun lalu tak ada video call seperti ini,karena tahun lalu kami mudik ke desa menjumpai mereka. Tahun lalu kami kenyang menghabiskan liburan Lebaran di Desa. Betapa sayangnya kami pada mereka,hingga kami tak mudik ke sana.
Begitu beres percakapan dan mereka yang kami hubungi eh katanya mereka sudah keburu bubar gara-gara hubungan video call dari mereka tak diangkat oalah...silaturahmi via daring padat merayap pokoknya.
Apakah itu bisa menggantikan momen silaturahmi seperti biasanya?tentu saja tidak. Mengurangi kangen? mungkin.
Momen lebaran tahun ini bisa jadi momen yang tak pernah terlupakan. Berkesan, meskipun sedikit mengharukan.
Selamat lebaran semua...bahagia meski kita tak bersua..
***
Di balik daster yang baru saja menggantikan baju Lebaran,selesailah satu tulisan ringan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H