Saya tak bisa mengambil foto langsung dari depan mesjid karena saya sudah tak tinggal di sana lagi. Tapi syukurlah dua kakak saya yang tinggal di Bandung bersedia mengambil gambar. Lalu ada beberapa foto yang pernah dititipkan di google
Tak ada yang istimewa dari mesjid ini kalau melihat dari bangunannya. Sebagai mesjid yang nyempil di gang mesjid ini tentu tak terlalu luas. Dulu malah hanya 1 lantai,kini kabarnya sudah ditambahkan 1 lantai lagi ke atas.
Di hari biasa begitu ada magrib berkumandang saya akan segera ke mesjid kemudian mengaji hingga isya. Beranjak dewasa gantian saya mengajar anak-anak mengaji.
Di bulan Ramadan lebih ramai lagi. Saat sholat tarawih bahkan jamaah sering kali membludak keluar.Â
Nah, pada bulan Ramadan selain ada tadarus malam selepas tarawih,ada pula kuliah shubuh sehabis shalat shubuh hingga fajar menjelang. Setelah itu pesantren kilat pagi di gelar. Tempat ini jadi saksi saya dalam mengejar ilmu agama.
Karena gagal memperoleh foto bagian dalam mesjid,maka saya akan menggunakan foto bagian dalam Mesjid Kalijaga dari penelusuran google.
Ruangan ini menyimpan memori buat saya. Â Salah satunya adalah keseruan berburu tanda tangan penceramah .setelah itu antri lagi untuk mendapatkan cap mesjid sebagai bukti saat dikumpulkan di sekolah. Generasi seangkatan saya pasti ingat. Lalu
Di tempat ini juga kelompok tadarus ibu-ibu ,bapak-bapak dan remaja berkumpul. Jika Quran selesai, maka Ibu-ibu akan membuat nasi tumpeng sebagai hataman Quran.