Semenjak resmi jadi emak-emak memang hidup bebas ala gadis remaja sudah terlepas. Apalagi memiliki bayi yang memiliki ketergantungan yang tinggi. Kalau tak ada peran pengganti maka mau ke kamar mandi aja susah. Perut lapar tapi si bayi lagi nyaman dalam pelukan.
Bayi aman,kakaknya yang lebih besar merajuk ingin makan. Terpaksalah melayani dia dulu. Belum setelah itu ingat pada kerjaan yang segunung. Â Semua gangguan,hambatan dan tantangan membuat kami kesulitan makan tepat waktu.
Apalagi kalau keburu lelah. Lapar berat yang tadi terasa sirna pada saat jam makan. Dan makanpun sering terlewat .
Tapi kok emak-emak tetap berlemak?katanya susah makan tepat dan makan dengan baik dan benar di meja makan? Saya juga semula heran. Rasanya saya kok jarang makan nasi,tapi mengapa timbangan terus-terusan bergerak ke kanan?
Akhirnya saya menemukan alasan kenapa emak-emak gendutnya bertahan.
1. Saat Masak Segala Dicoba
Ya,pada saat masak untuk memastikan enak atau tidaknya masakan maka perlu di cicipin lidah pemasaknya dulu. Perlu beberapa suapan untuk memastikan enak . Kurang garam apa keasinan. Kurang gula apa kemanisan. Kurang air apa kebanjiran.
Nah,nyicipi tanpa disadari  bisa sepiring bahkan lebih. Maka wajar begitu waktu makan masuk,kok lapar hilang.
Atas dasar mubajir, makanan dipiring anak-anak yang masih tersisa biasanya berakhir di mulut emaknya juga. Meskipun mereka sudah dibujuk untuk menghabiskan,namun terkadang mereka beralasan perut mereka sudah tak sanggup menerima. Ya dari pada dibuang,sudahlah emaknya habiskan. Apalagi kalau yang memberikan porsi memang emaknya,berarti kesalahan terletak pada emaknya yang memberi porsi kebanyakan. Kalau anaknya satu ga masalah,kalau 3 kayak saya kebayang kan?