Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cinta Sebatas Peliharaan

25 Desember 2019   14:53 Diperbarui: 25 Desember 2019   15:03 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Irma Tri Handayani

Aku menantimu sebelum hujan. Katamu kau mau menjemputku untuk mengajak jalan-jalan. Ada taman bunga cantik yang mau kau tunjukkan.
Aku menunggumu saat hujan turun. Sudah kusiapkan payung jika kau datang. Lalu kita berdua membelah hujan sambil berbagi tawa dan cerita.

Aku mencarimu selepas hujan. Pelangi yang tampak di ujung sana ingin kunikmati bersamamu. Lalu kita berfoto berdua dengan mesra. Akan kusimpan fotonya di kamar memenuhi semua dinding-dindingnya.

Aku mengharapkanmu saat tanah sudah basah oleh air hujan. Kesejukannya ingin kunikmati bersamamu.

Tapi entahlah kamu akan datang tidak. Semalam sih janjinya iya. Sebelum pamit dari percakapan telpon
Setelah rutinitas pertanyaan sudah makan, sudah mandi dan penutup semoga aku mimpi indah, katamu.

Aku sudah berdandan cantik demi kamu. Gaun indah ini sengaja kau beli khusus untuk menyambutmu. Begitupun perhiasan ini hanya digunakan jika ada kamu.

Aku kau beri rumah yang mewah dengan asisten rumah tangga yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhanku agar aku tak perlu bersusah payah untuk apapun.

Namun dengan semua yang kau beri ini aku kesepian.
Masa iya aku hanya bisa ngobrol panjang lebar denganmu? Selalu aku cuma bisa bersenda gurau denganmu.

Aku tak boleh bergaul bersama kawan-kawanku dulu.
Akses komunikasiku dengan mereka kau putus. Aku hanya untukmu begitu pesan darimu. Bahkan dengan Ayah, Ibu dan ke tujuh adik-adikku

Rasanya kini aku menyesal mengapa tergoda olehmu hai lelaki tampan yang kaya penuh harta bergelimpang. Kharisma kekayaanmu membuatku terhipnotis dan menuruti apa saja maumu. Dikunjungi semingu sekali jika kau ada waktu.

Aku mengangguk saja ketika kau tawarkan itu hanya karena aku lelah jadi wanita gembel. Aku langsung mengiyakan tanpa pikir panjang hanya karena capek harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuap nasi.

Ketika kau sodorkan perjanjian hitam di atas putih yang berisikan kesanggupanku mengikuti semua yang menjadi keinginanmu aku seperti kerbau dicocok hidung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun