Shubuh ke dua di cipari. Kembali para pemudik sudah membuka mata sedari pagi. Singkong yang berhasil diambil kemarin, sedang di masak dalam abu panas kayu bakar.
Bocah-bocahpun sudah bangun. Begitu singkong matang ,mereka langsung menikmati. Selagi hangat di hawa dingin cocok. Si bungsu yang baru satu tahunpun menyukai rasanya.
Ada yang berubah sebenarnya di sini. Dulu kalau mau ke kamar madi kami harus keluar rumah,sementara kini kamar mandi sudah menjadi bagian dalam rumah. Terkadang anak-anak malah mandi dipancuran.
Kini karena tak ada yang mengurus katanya, pancuran tak bisa lagi digunakan mandi. Tempat berpijaknya dudah rapuh dan tak diganti. Â Pipa plastikpun sudah menggantikan peran bambu dalam menggelontorkan air.
Siang ini kami berencana pulang. Meskipum masih betah namun apa daya wakti mudik telah selesai.
Sedari dzuhur kami sudah beres-beres. Seperti biasa saudara di sini akan membekali kami dengan oleh-oleh yang harus disimpan rapih.
Sementara itu kakak ipar saya yang biasa memelihara burung membawa oleh-oleh sepasang burung  hasil membeli dari penduduk setempat, yang saya tak tahu apa nama burungnya,lengkap dengan kodok sebagai makan malam mereka hari ini.