Selamat Pagi Cipari
Sepertinya di luar masih gelap. Harusnya kami masih berlindung dibalik selimut tebal. Maklum suhu Kampung Cipari saat itu dingin juga. Namun kegaduhan membuat mata tak bisa lagi terpejam.
Untung saya membawa bekal selimut. Selimut yang ada di rumah ini peninggalan empunya rumah yaitu almarhumah neneknya suami hanya ada dua. Jika yang tertidur 12 orang bisa dipastikan akan terjadi tarik menarik selimut menjelang shubuh.Â
Saya sekeluarga mendapat kehormatan tidur di kamar, maklum masih punya bayi,sementara yang lain memilih menggelar tikar di ruang tengah.
Tungku perapian dipanaskan agar suasana rumah menghangat. Enaknya bakar singkong tuh diantara abu kayu bakar. Sayang kami belum memetik singkong jadi hari ini sarapan perdana kami nasi goreng.
Nasi goreng sederhana yang terdiri dari irisan bawang merah dan putih serta campur telur. Yang penting amankan dulu perut anak-anak dengan bahan makanan yang ada,nanti siangan dikit bisa memasak makanan khas dari sini.
Begitu membuka pintu belakang hijau pemandangan tersajikan. Dua ekor ayam yang sepertinya tadi pagi membangunkan dengan kokoknya tampak asyik berlarian.
Kami keluar rumah selepas perut kenyang. Satu persatu rumah kami kunjungi untuk salaman dan mencoba isi toples atau kaleng yang nongkrong di meja mereka.
Berkumpulnya Anak dan Balita