Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Setengah Mati Menahan Emosi dari Sukarelawan Militan di Grup

13 Februari 2019   17:34 Diperbarui: 13 Februari 2019   19:59 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh berita yang di bagi. Tangkapan layar WhatsApp pribadi

Entah mengapa anggota grup alumni tempat  kuliah nyaris satu suara semua,memilih Paslon yang berbeda dengan saya. Entah sih jumlahnya, saya hanya menghitung yang aktif bercengkrama.Bisa anda bayangkan rasanya?

Kalau hanyalah sekedar menyarankan memilih paslon dengan bahasa ajakan biasa tak terlalu masalah saya paling hanya membaca selewat. Namun mereka nyaris setiap hari mengirimkan broadcast hasil share-an dari grup lain. Isinya sudah dipastikan menjelekkan kinerja paslon lawan. Dari mulai menyinyiri hingga menertawakan . Apalagi jika bahasanya kasar rasanya gigi ini gemerutuk menahan marah. 

Ya saya hanya bisa menahan marah meski saya tak sepilihan dengan mereka namun tak sedikitpun terpikirkan menjelekkan paslon mereka. Saya msih memikirkan jalan pertemanan ini, cie...

Andai saya nekad mungkin mereka langsung menyerang saya. Lalu kami tersulut emosi kemudian salah satu dari kami keluar grup . Dapat apa kami meski Paslon yang kami jagokan menang? Grup yang susah payah dibuat dengan mengumpulkan nomor hancur lebur.

Maka sebagai kaum minoritas saya memilih diam. Bahkan untuk menjagokan Paslon pilihannya pun tak ada nyali saya. Sama saja membangunkan macan tidur.

Jadi terbayangkan betapa setengah mati saya menahan emosi semua menjaga pertemanan ini. Mereka sebagai sukarelawan yang militan terus bermain dengan nyinyiran setiap waktu. Bisa jadi dalam satu menit tulisan hasil copas grup sebelah lebih dari satu. Bukan cuma tulisan video editanpun mereka kirim.

Saya tak habis pikir. Jika maksud mereka membuat teman-teman lain memilih paslon nya,untuk apa? toh nyaris semua pilihan teman-teman segrup sama. Paling tidak dari respon yang lain ya. Kalau untuk yang tak aktif saya tak tahu juga sih pilihannya. Namun dengan menjelekkan paslon lawan akankah yang bersebrangan dengan mereka jadi pindah haluan?enggak lah yang ada dongkol saja. 

Jadi para sukarelawan militan di grup coba pikir ulang kelakuan Anda membagikan berita yang menjatuhkan lawan.  Karena jelas ada kawan  yang tak sepilihan.Sebaiknya mainkan saja di grup yang memang memiliki kesamaan minat pada politik. 

Doakan semoga saya berhasil menahan rasa hingga masa pilpres usai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun