Saya masih bersyukur di Rancaekek tempat tinggal tercinta ini masih bisa menemukan kue bandros. Salah satu makanan di tatar sunda yang enak dan gurih apalagi jika disajikan selagi hangat. Mungkin di kota sudah susah menemukan bandros.Â
Pedagang bandros, biasa berjualan di pagi hari. Â Selepas shubuh dia sudah bersiap menjajakan bandrosnya. Seakan menyediakan sarapan hangat sebagai pengganjal perut bagi orang yang pergi bekerja. Lumayanlah bisa mengganjal perut kosong yang tak sempat diisi. Soal harga, murah sekali. Untuk dua baris cetakan harganya hanya 5000.
Membeli bandros paling nikmat adalah sambil ditunggui. Melihat proses tukang bandros memasak adalah kepuasan tersendiri. Melihat mang bandros mengolesi wadah pembuat bandros dengan mentega, lalu dia mengocek-ocek adonan bandros, kemudian menuangkan ke dalam cetakan. Ketika cetakan tersebut ditutup, maka tukang bandros akan mengajak pembeli bercakap-cakap.Â
Nah, di rumah, salah satu penggemar bandros garis keras adalah anak kedua saya. Dia menikmati betul momen menunggu bandros matang. Apalagi tukang bandrosnya senang bercerita. Meski pegal karena menunggu tapi dia tak bosan untuk melihat mamang bandros.Â
Cara menikmati bandros ala si kecil ini sedikit berbeda, kalau saya memilih langsung menyuapkan saja badros, kalau dia sukanya mencocol dulu bandros ke dalam gula putih. Kata dia lebih enak.Â
Tak salah kalau dia suka kue bandros. Adonan terigu dan tepung beras dipadu dengan parutan kelapa. Memang pas dikunyah selagi hangat. Semakin banyak parutan kelapa menurut saya semakin gurih.Â
Kata mama saya, dulu waktu saya masih kecil ada tukang bandros yang biasa berjualan dekat rumah biasa berjualan di pagi hari. Dan memang saya beserta kedua kakak saya, Â senang menunggui di depan tukang bandros langsung. Â Tak dinyana kebiasaan itu terjadi pada puteri saya. Makanya mama tertawa saat diceritakan itu.Â
Semoga bandros tetap ada dan akan terus melegenda hingga nanti mungkin cucu saya masih bisa menjadi pembeli bandros garis keras yang setia menanti kue bandros matang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H