"Kamu gendutan ya? "
Sebuah pertanyaan sederhana,  disampaikan dengan intonasi penuh ekspresif apalagi dalam suara tinggi ,maka  terdengar luar biasa jlebnya!
Hai yang bertanya, saya bukannya tak nyadar kalau badan melar. Memang sehabis melahirkan anak ketiga meski sempat kurus beberapa minggu, namun sekarang timbangan sudah kembali bergerak ke kanan. Malah curiganya angkanya bertambah.Â
Meski mungkin kamu hanya ingin menyampaikan informasi laporan pandangan mata  langsung. Namun pertanyaan itu menyakitkan tahu, hiks.. Hiks..
Jauh sebelum kamu bilang, saya sudah mulai kelimpungan. Baju mulai tak banyak pilihan. Celana seperti ingin berteriak saat dipakai, pokoknya rasanya sebal sebal sebal!!!
Beberapa menit setelah kamu menyampaikan itu, percayalah, mood saya terganggu. Mulai muncul rasa tak percaya diri. Merasa jelek dengan badan bulat ini.
Kalau mood sudah terganggu biasanya jadi termenung beberapa saat.
"Aduh beneran gue gendutan, siang ini ga usah makan, besok segera niat diet mati-matian, " begitu pikiran saya.
Waduuh bahaya kalau saya sampai diet. Ada bayi kecil yang butuh nutrisi, masa emaknya sampe kekurangan gizi?Â
Untung saya segera istighfar alias keburu sabar. Sudahlah anggap  tak pernah dengar Tapi memang dari jaman dahulu kala, saya kok terganggu ya disebut gendutan?Â
Salah ga sih kamu mengomentari saya yang tampak lebih gemuk?