Rabu pagi. Anak saya Miyuni Kembang sudah mandi,cantik dan harum. Sebentar lagi sekitar jam 8 akan ada yang menghampirinya di depan rumah.
Jika dia sudah datang, maka akan terdengar alunan lagu anak-anak . Seorang lelaki tua berbadan tegap berkaos  dan bertopi dengan suaranya yang renyah setia membawa odong-odongnya. Kami memanggilnya Mang Dedi.
Dia ramah pada semua anak-anak dan suka bercanda pada mereka sehingga mereka nyaman jika naik odong-odong Mang Dedi. Kalau sudah terkekeh lucu terlihatnya karena sebagian giginya sudah ompong.
Jika sudah selesai atau memang anaknya sudah ingin turun sementara emaknya sedang di rumah, dia akan menggendong anak tersebut untuk diantar pulang.
Sebelum melepas anak tersebut biasanya dia menyelipkan pesan pada Emaknya.
"Bu awas anaknya jangan sampe ke jalan, banyak motor-motor berseliweran! "
Ituu selalu jadi pesannya pada kami. Nyaris setiap warga tepatnya Ibu-ibu yang memiliki balita memiliki ketergantungan pada Mang Dedi. Pertama anaknya mau makan karena diiming- iming naik odong-odong. Â Kedua kalo emaknya belanja ke warung anaknya bisa dititipin sama tukang odong-odong. Ketiga mereka bisa tenang meneruskan Bab perumpian ketika anaknya masih asyik di atas odong-odong (hehehe yang ini jangan ditiru!)
Bagi saya sendiri arti Mang Dedi, sang tukang odong-odong cukup besar justru dalam khasanah musik indonesia (Jiah bahasanya ketinggian) Â tepatnya dia sudah melestarikan lagu anak-anak yang sudah jarang diperdengarkan.
Untuk satu lagu anak-anak yang diputar harga yang harus dibayar cukup murah hanya 500 rupiah saja.  Saya biasa bayar 2000 rupiah yang artinya untuk 4 lagu. Namun karena sudah langganan, Mang Dedi  kadang sudah tak memperhitungkan lagi berapa lagupun silahkan selama anak saya masih mau naik odong-odong dan belum meminta turun.
Lagu sepanjang masanya anak-anak seperti balonku, lihat kebunku, becak,dua mata saya, tik tik tik bunyi hujan, kring kring ada sepeda(eh semoga tak salah menyebutkan judulnya) Â sudah berhasil dihapal oleh puteri saya.
Jika sengaja, mungkin saya malas mengajarkan lagu anak-anak padanya, kadang suka lupa dan cuek menyanyikan lagu orang dewasa. Apalagi gempuran acara tv dan sosial media yang selalu memviralkan lagu-lagu orang dewasa sebutlah "jaran goyang" misalnya meskipun kedengarannya enak, tapi ketika anak-anak yang menyanyikan kok jadi miris melihatnya ya kan?