[caption caption="Jemuran hasil kreditan. Dokumen pribadi"][/caption]Semenjak pindah ke rumah sendiri, terasalah bahwa harta kekayaan rumah tangga masih banyak yang belum dibeli.
Saat masih di perumahan mertua indah semua barang sudah tersedia sehingga tak pernah terpikirkan akan kebutuhannya. Makan minum tinggal buka mulut tak pernah terpikirkan jumlah gelas atau piring.
Setelah pindah baru sadar bahwa gelas ternyata punya 6 buah , sendok yang masih kurang dari selusin . Mungkin baru piring sih yang sudah ada selusin itupun hasil hibah dari ibu mertua.
Untungnya perlengkapan rumah tangga utama sebagian sudah parkir seperti Tempat tidur, lemari, tv, kulkas, kompor gas dan kursi tamu.
Nah baru terpikir kebutuhan akan suatu barang ketika akan menggunakan.
Suatu hari setelah selesai mencuci barulah sadar kalau tali jemuran yang hanya terbuat dari tali rapia ini tak kuat menahan beban baju yang di jemur.
Padahal pembuatannya sudah berulang -ulang.
Akibatnya baju yang nyaris kering jatuh berjamaah ke tanah. Kalau sudah begitu rasanya ingin menangis sambil guling-guling.
Edisi memasak beda lagi, mau bikin santan lupa alat parutnya belum punya, mau goreng-goreng, baru inget kalau penggorengannya belum ada.
Untuk beberapa minggu awal makanpun beli makanan siap saji. Akibatnya biaya hiduppun membengkak.
Hasrat hati ingin melengkapi perabotan rumah tangga, apa daya dana awal rumah tangga belum mencukupi. Proposalpun belum bisa direstui suami.
Hingga pada suatu hari malaikat itu datang (hahaha,sepertinya berlebihan). Di suatu pagi yang cerah ,dimana embun pagi mulai menguap dan matahari bersinar dengan indahnya, ciehhh....Dan deru pelan sebuah mobil tertangkap telinga semakin mendekat. Lalu terdengar suara dari balik toa.
"Perabot perabot perabot! "