Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ayo Operasi Plastik Agar Senyum Jadi Cantik!

9 Oktober 2016   18:31 Diperbarui: 10 Oktober 2016   11:07 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayo senyum Cantik. (foto:Irma)

Tulisan ini saya bagikan untuk para Ibu. Waduh, tapi itu judul tulisannya kok kayak mengkampanyekan operasi plastik ya?mentang-mentang operasi plastik lagi digandrungi selebritis.Enggaklah ibu-ibu.. tak mungkin saya menyarankan operasi plastik. Selain mahal, buat apa operasi plastik ? Walau memang tak secantik artis di tv, syukurilah!percaya deh Tuhan sudah menciptakan wajah kita sempurna.

Wahai Ibu-ibu seluruh Indonesia! tahukah kalian bahwa kita termasuk salah satu penyumbang sampah plastik terbanyak bagi lingkungan? Artinya kita punya andil dalam mengotori bumi. Mau bukti? Baiklah.. .mari kita buka kegiatan sehari -hari kita yang tak pernah lepas dari plastik dan plastik. Tapi tentu saja ini diambil dari kisah nyata diri sendiri. 

Pagi hari untuk sarapan anggota keluarga saya biasa membeli bubur ayam, kupat tahu atau nasi kuning. Untuk bubur misalnya, karena penghuni rumah 4 orang, maka akan ada 4 plastik yang digunakan plus plastik besar untuk mempermudah membawa keempat plastik bubur tadi. Jadi total sudah ada 5 calon sampah plastik di pagi hari.

Selepas sarapan, saya pergi berbelanja ke tukang sayur. Jika misalnya saya akan membuat sayur sop, maka saya akan membeli bawang merah, bawang putih, merica, tomat, bawang daun dan seledri sebagai bumbu. Paling tidak ada 5 plastik calon penghuni tong sampah.

Lalu saya juga akan membeli sayurannya seperti wotel, kol,dan buncis. Untuk yang ini bisa disatukan dalam satu plastik. Kemudian jika sebagai pelezatnya saya pilih daging sapi entah seperempat atau setengah kilo maka, daging inipun pasti akan berplastik.

Setelah itu untuk melengkapi menu makan hari ini, saya akan memilih ikan . Berapapun banyaknya, ikanpun sudah bisa diprediksi dalam plastik.

Terakhir, saat saya akan menghitung semua, tukang sayur akan mengeluarkan plastik besar untuk mewadahi belanjaan tadi. Jadi di tukang sayur saya sudah mendapatkan lagi 8 calon sampah plastik.

Terkadang saat siap memasak ada bahan yang terlupa, seperti garam dan minyak goreng. Nah, untuk Kedua bahan ini saya akan membeli mendadak di warung terdekat. Garam dan minyak goreng yang berwadah plastik tadi lagi-lagi akan dimasukkan ke dalam kantong plastik oleh si empunya warung.3 calon sampah plastik sudah siap menghuni tempat sampah.

Itu yang sudah pasti akan dikeluarkan, belum lagi jika tiba-tiba membeli sabun untuk cuci piring atau cuci baju jika kebetulan persediaan bulanan habis . Untuk membeli kedua hal kecil itu paling tidak satu sampah plastik lagi bertambah.

Jadi ya Ibu-ibu.. Dalam satu hari saja saya menghitung minimal 17 sampah plastik yang akan saya keluarkan. Jika dikalikan satu bulan makan ada 510 sampah plastik yang saya keluarkan. Dan melihat para ibu sebelah kanan kiri berperilaku sama , maka semisalnya ada 20 tetangga yang saya punya maka ada 10.200 sampah plastik dalam satu bulan yang dikeluarkan. Belum lagi jika dikalikan seRT, seRW, sekelurahan,sekecamatan, sekabupaten, seprovinsi dan senegara Indonesia ! silahkan dihitung berapa banyak sampah plastik yang kita keluarkan.

Sementara kita tahu, sampah plastik itu susah diuraikan.Sayangnya memproduksinya mudah sekali. Dan entah mengapa setiap warung ,toko atau penjual baik hati sekali selalu mewadahi barang yang dibeli dengan plastik. Kalau saya menolakpun mereka terkadang memaksa dengan alasan tak sedap dipandang mata kalau barang yang dibeli dipegang-pegang.

Berawal dari situlah saya kini mulai mengurangi penggunaan sampah plastik. Untuk membeli bubur misalnya, saya kini selalu membawa mangkuk bertutup dan kantong sendiri. Begitpun jika berbelanja sayur. Saya sudah menyiapkan keranjang sendiri agar tidak banyak sampah plastik yang akan saya buang.

Keranjang belanjaan. (Foto:Irma)
Keranjang belanjaan. (Foto:Irma)
Terkadang tukang sayur mempertanyakan kebiasaan saya yang katanya aneh ini. Belum lagi para ibu yang cekikikan kelakuan saya yang katanya tak biasa. Begitupun penjaga toko atau warung yang kadang tetap memaksa untuk memberikan kantong plastik meski sudah saya tolak halus.

Setelah hapal kebiasaan saya pada akhirnya tukang sayur itu berkelakar.
"Coba kalau semua pembeli seperti Ibu, mungkin saya bisa berhemat dengan tidak membeli kantong keresek , ini yang ada kadang ibu-ibu cuma beli cabe rawit doang dua ribu perak tapi minta dikeresekin."

Memang belum semua Ibu-Ibu menyadari bahwa perilaku mereka yang terbiasa menggunakan kantong plastik, ikut andil dalam mengotori bumi dengan sampah plastik. Belum lagi kurang terbiasanya kita dalam membagi jenis sampah organik dan anorganik.

Sayapun masih dalam tahap belajar. Sebisa mungkin membagi kedua sampah tadi. Jika sampah organik sebangsanya sayur, buah dan dedaunan tidak terlalu banyak, saya biasa menimbunnya di tanah. Kebetulan saya masih memiliki sepatak tanah yang sengaja disiapkan untuk bercocok tanam.

Menimbun sampah organik
Menimbun sampah organik
Untuk sampah anorganik saya juga sudah biasa memisahkannya. Dan saat tukang sampah datang mengangkutnya saya biasa memberitahu mereka bahwa sampahnya sudah terpisah jadi mereka tidak akan kerepotan memilah.

Sampah plastik. (foto:Irma)
Sampah plastik. (foto:Irma)
Dengan perilaku ini semoga jumlah sampah plastik minimal yang saya sumbangan semakin sedikit.

Lingkungan yang bersih seyogyanya dimiliki oleh orang-orang yang ramah. Senyum manis merupakan salah satu indikasi sifat itu. Dan sebagai seorang Ibu, senyum manis merupakan bekal melewati hari bagi setiap anggota keluarga.

Suami tentu akan berangkat dengan semangat jika diantar oleh senyuman manis sang istri. Jika istri tercintanya cemberut maka suaminya tentu tak akan nyaman saat melenggang ke tempat kerja. Bisa-bisa pekerjaannya tak bisa tuntas. Hilangnya senyum menandakan ada masalah yang sedang dihadapi.

Tapi siapa sih yang tak punya masalah? Semua manusia dimulai bumi ini tak luput dari masalah. Jikalau memang masalahnya belum terselesaikan, senyum akan mengurangi dampak psikologis yang terasa.

Begitupun dengan para buah hati kita Ibu-ibu. Jika kita melepas mereka ke sekolah tanpa senyuman, tentu mereka tak kan gembira saat belajar atau berinteraksi dengan teman-temannya. Karena jika kita marah tentunya mereka akan merasa bersalah.

Apabila memang mereka terlihat lambat saat berpakaian, sarapan atau menyiapkan buku sebaiknya jangan simpan marah kita terlalu lama ya Ibu-ibu, selama masih wajar maafkan mereka ya bu..

Dan terakhir sebagai anggota dari lingkungan rumah, mari kita tebarkan senyum untuk para ibu tetangga kita. Senyum kita akan membuat mereka berfikir kalau kita selalu bahagia. Mereka takkan tahu kalau uang di dompet tinggal seribu. Mereka tak kan berpikiran kalau kita sedang pusing memikirkan biaya cicilan rumah atau panci. Dan tentunya mereka pun akan membalas senyum kita sehingga kita menularkan energi positif untuk mereka.

Kita sebagai Ibu-ibu bisa menjadi pelopor dari Gerakan bersih dan senyum .Jadi mari bersama-sama kita operasi untuk mengurangi sampah plastik agar senyum kita semakin cantik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun