Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ayo Operasi Plastik Agar Senyum Jadi Cantik!

9 Oktober 2016   18:31 Diperbarui: 10 Oktober 2016   11:07 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari situlah saya kini mulai mengurangi penggunaan sampah plastik. Untuk membeli bubur misalnya, saya kini selalu membawa mangkuk bertutup dan kantong sendiri. Begitpun jika berbelanja sayur. Saya sudah menyiapkan keranjang sendiri agar tidak banyak sampah plastik yang akan saya buang.

Keranjang belanjaan. (Foto:Irma)
Keranjang belanjaan. (Foto:Irma)
Terkadang tukang sayur mempertanyakan kebiasaan saya yang katanya aneh ini. Belum lagi para ibu yang cekikikan kelakuan saya yang katanya tak biasa. Begitupun penjaga toko atau warung yang kadang tetap memaksa untuk memberikan kantong plastik meski sudah saya tolak halus.

Setelah hapal kebiasaan saya pada akhirnya tukang sayur itu berkelakar.
"Coba kalau semua pembeli seperti Ibu, mungkin saya bisa berhemat dengan tidak membeli kantong keresek , ini yang ada kadang ibu-ibu cuma beli cabe rawit doang dua ribu perak tapi minta dikeresekin."

Memang belum semua Ibu-Ibu menyadari bahwa perilaku mereka yang terbiasa menggunakan kantong plastik, ikut andil dalam mengotori bumi dengan sampah plastik. Belum lagi kurang terbiasanya kita dalam membagi jenis sampah organik dan anorganik.

Sayapun masih dalam tahap belajar. Sebisa mungkin membagi kedua sampah tadi. Jika sampah organik sebangsanya sayur, buah dan dedaunan tidak terlalu banyak, saya biasa menimbunnya di tanah. Kebetulan saya masih memiliki sepatak tanah yang sengaja disiapkan untuk bercocok tanam.

Menimbun sampah organik
Menimbun sampah organik
Untuk sampah anorganik saya juga sudah biasa memisahkannya. Dan saat tukang sampah datang mengangkutnya saya biasa memberitahu mereka bahwa sampahnya sudah terpisah jadi mereka tidak akan kerepotan memilah.

Sampah plastik. (foto:Irma)
Sampah plastik. (foto:Irma)
Dengan perilaku ini semoga jumlah sampah plastik minimal yang saya sumbangan semakin sedikit.

Lingkungan yang bersih seyogyanya dimiliki oleh orang-orang yang ramah. Senyum manis merupakan salah satu indikasi sifat itu. Dan sebagai seorang Ibu, senyum manis merupakan bekal melewati hari bagi setiap anggota keluarga.

Suami tentu akan berangkat dengan semangat jika diantar oleh senyuman manis sang istri. Jika istri tercintanya cemberut maka suaminya tentu tak akan nyaman saat melenggang ke tempat kerja. Bisa-bisa pekerjaannya tak bisa tuntas. Hilangnya senyum menandakan ada masalah yang sedang dihadapi.

Tapi siapa sih yang tak punya masalah? Semua manusia dimulai bumi ini tak luput dari masalah. Jikalau memang masalahnya belum terselesaikan, senyum akan mengurangi dampak psikologis yang terasa.

Begitupun dengan para buah hati kita Ibu-ibu. Jika kita melepas mereka ke sekolah tanpa senyuman, tentu mereka tak kan gembira saat belajar atau berinteraksi dengan teman-temannya. Karena jika kita marah tentunya mereka akan merasa bersalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun