Mohon tunggu...
Mega Nugraha
Mega Nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - Jalan-jalan, mikir, senang

Suka jalan-jalan, suka tempat wisata Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menengok Kopi Istimewa dari Kaki Gunung Malabar

21 Agustus 2011   13:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:35 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak zaman kemerdekaan, Pangalengan dikenal sebagai daerah dengan perkebunan teh, kina dan kopi. Khusus untuk kopi, sejarah mencatat bahwa ekspor kopi dari Pangalengan sempat memenuhi permintaan kopi dunia. Seiring waktu, prestasi itu memudar. Baik kina maupun kopi kalah unggul dari teh. Untuk mengulang sejarah itu, sejak tahun 1998, para petani holtikultura di wilayah tersebut beralih menjadi petani kopi. Umumnya, di wilayah ini, kopi yang dihasilkan yakni kopi arabika. Setiap tahun, paling tidak 1000 ton bisa dihasilkan kopi spesial. Umumnya masyarakat menyebutnya kopi Malabar. Obrolan ringan tentang kopi saya lakukan di kediaman Pak Tatang Syam Arif di kampung Pasir Mulya, Marga Mulya Pangalengan saat ngabuburit minggu sore tadi. Kang Tatang ini bilang kalau Kopi Arabika Malabar termasuk kopi yang spesial diantara kopi lain. Dilihat dari daerah penanamannya, kopi arabika cocok ditanam di atas ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Sementara Pangalengan berada di 1400 meter di atas permukaan laut. Selain karakter wilayah, kopi juga  memiliki sifat yang menarik karena kopi bersifat hidroskopis, yakni bisa menyerap segala unsur yang Αδα  di sekelilingnya. Kadang-kadang seorang pemula bereksperimen memasak kopi dengan cengkeh, setelah ditumbuk, rasa cengkeh bakal terasa dalam sajian kopi. Tidak hanya disatukan, menyimpan kopi dengan disampingnya disimpan cengkeh secara terpisah selama satu hari saja, aroma cengkeh bakal terasa dalam kopi. Itulah uniknya kopi. Selain itu, karakteristik Pangalengan yang berlahan subur dan berada di atas ketingggian rata-rata, membuat perpaduan sifat kopi dan wilayah menjadi perpaduan yang istimewa, maka tidak aneh jika Pangalengan dikenal dengan kota Arabika. Menunggu magrib, paling tidak menunggu waktu jam 4 sore tidak terasa. Minggu pagi menuju siang saya berangkat sendiri ke Pangalengan, berhubung hari itu saya menginap di rumah orang tua. Obrolan semakin menarik saat kang Tatang dan kawan-kawan petani lain, sejak tahun 2005,  membuat kopi luwak dengan dibantu hewan luwak atau sejenis musang. Berdasarkan pengakuannya, sebenarnya, kopi luwak paling spesial berasal dari Pangalengan dan Sumatera, tapi  luwak berkualitas ada  di Pangalengan, yakni luwak pandan yang bisa menghasilkan kopi luwak Malabar dengan cita rasa spektakuler. Mendengar kopi luwak berkualitas berasal dari Pangalengan, saya cukup terkejut, karena selama ini kopi luwak identik berasal dari wilayah timur Indonesia. Di tempat itu, saya dapat berkenalan lagi dengan pak Danuri, ketua kelompok tani kopi Rahayu. Dia bilang, yang membuat kopi Malabar lebih spesial karena 3 faktor. Pertama, benih arabika S 795 asal India yang cocok dengan karakteristik Pangalengan. Kedua, Pangalengan berada di ketinggian 1400 meter dan ketiga, kesuburan lahan hingga hanya dengan menggunakan pupuk organik, pohon kopi bisa tumbuh subur hingga 12 tahun lebih. Secara tradisional, untuk mengolah kopi, cukup hanya dengan memasak kopi menggunakan gerabah. Saat dimasak, Αδα  beberapa pilihan untuk menentukan tingkat kematangan yang mempengaruhi kualitas rasa kopi. Pertama lite, ukurannya kurang lebih satu jam. Kedua medium, diperlukan waktu sekitar 2 jam. Ketiga, dark, memakan waktu 3 jam. Untuk dark ini, aroma kopi akan sedikit berkurang. Dari kopi yang dihasilkan dari Malabar ini, kebanyakan hasil panen dijual hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Jerman, Amerika dan Belanda. Selain itu, distribusi juga dilakukan ke sejumlah kafe di Bandung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun