Mohon tunggu...
Bahrul Ulum A. Malik
Bahrul Ulum A. Malik Mohon Tunggu... Guru - Suka Kopi dan Sastra

"Membaca adalah salahsatu cara Tuhan mencerdaskan manusia, menulis mengabadikannya, Re."

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Rumah Tanah

14 Maret 2014   04:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1394726738354725325

[caption id="attachment_326344" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

rumahku batu kali yang airnya mengalir menembus malam
bersenyawa dengan doa yang paling subuh di dedaun
tak ada jendela pun pintu sebagai lantaran tempat
mengaji tangan dan kaki untuk mampu berkata
tentang saksi-saksi yang tak tersedia di pelataran toko

rumahku tanah berdinding tanah berlantai tanah beratap tanah
aku tanah basah dari gurun yang paling tandus di matamu
kaktus yang mampu bertahan di tengah badai pasir mewujud angin
di matamu aku terkunci pada ruang sakral
bertapa pada tujuh arah mata angin

rumahku sunyi sesunyi deras air kali

Rumah Puisi Langit Kendal, 13032014/ 21.00

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun