Mohon tunggu...
Langgeng Sugiarto
Langgeng Sugiarto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Apapun yang tak membunuhku, menjadikanku lebih kuat.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hilangnya Rasa

27 Oktober 2012   21:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:19 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit berbagi, beberapa tahun belakangan hingga saat ini saya mengalami keadaan yang buruk dalam dunia seni pertunjukan. saya kehilangan sense akan sebuah pertunjukan, dari sekian banyak pertunjukan yang akhir-akhir ini saya saksikan, hanya beberapa yang dapat menarik perhatian, baik menarik dari segi isi, maupun dari pemaknaan yang disajikan. Namun lebih dalam dari itu ada yang benar-benar hilang. Dimulai dari para pegiat seni pertunjukan yang jarang terlihat eksistensinya, keseriusan dalam berproses, dan proses belajar dalam membuat sebuah karya.

Hal-hal tersebut cukup menyita perhatian saya sebagai penikmat seni pertunjukan. Dimulai dari para pegiat seni yang menceburkan dirinya ke dunia teater (khususnya teater kampus) hanya untuk sebuah eksistensi belaka dimana pegiat seni ini kosong melompong. Pegiat seni tipe ini ikut kegiatan Teater hanya karena mengisi kekosongan karena tidak punya pacar, mengisi kekosongan karena tidak punya kegiatan, karena tidak punya kegiatan yang sifatnya senang-senang, dan yang lebih brutal lagi hanya untuk  gagah-gagahan agar dibilang sebagai seniman panggung, sebagai seorang aktor atau aktris. Sungguh hina sekali dunia teater jika hanya ini yang ada dalam hatinya. Padahal jika benar-benar berteater karena sebuah pencarian maka akan banyak hal positif dan bermakna yang akan diperoleh dari setiap proses yang dilewati dalam berteater.

Inilah yang saya sayangkan, mereka terlalu sombong untuk mengaku sebagai pegiat seni teater dan berkubang dalam kegiatan ini. Mereka terlalu brutal dalam bentuk eksistensi. Saya kehilangan sense saya untuk menyaksikan pegiat seni pertunjukan yang sejati, yang dapat hadir walau redup dengan membawa cahaya hiburan, cahaya kebermaknaan. Agar lahir jiwa-jiwa yang bersih, cerdas, peka, dan penuh keyakinan dalam bertindak di kehidupannya, yang tidak lain adalah hasil dari proses ketika menuju pementasan. Orang-orang yang mau menggali suatu makna dalam bentuk gerak, dalam bentuk vokal, dalam bentuk ruang dan lain sebagainya. Orang-orang ini telah hilang dengan berteater hanya untuk main-main. Dalam berteater ada kalanya main-main, bermain, dan main. Namun akhir-akhir ini hanya main-main yang benar-benar ada dihadapan saya.

Saya kehilangan jiwa-jiwa Rendra, Putu, Butet, Slamet Rahardjo, Cak Nun, dll. Dalam dunia sastra hilang Umbu Landu P, Iman B.S. Dalam Pantomime hilang Jemek S, Riza, Broto. Tari hilang Bagong K, Nini DT. Kini orang-orang seperti mereka hanya ada beberapa dari sekian banyak pegiat seni. Orang-orang yang mau belajar seakan hilang dan tergantikan oleh orang-orang dari audisi pencarian bakat yang maunya instan dalam berkarya namun karya dan aksi panggungnya tidak mutu sama sekali.

ah, mungkin memang saya yang terlalu bersemangat untuk berada disekeliling mereka dan tetap melihat perubahan yang bermutu. Akan tetapi yang selalu saya sadari perubahan itu pasti, namun saya tidak dapat menerima jika perubahan itu harus terdegradasi.

Semoga dari tulisan ini yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, semangat kepemudaan dan semangat dalam menjalani proses dengan bersungguh-sungguh tetap menyala (bukan lagi membara).


Salam Budaya, Salam Pemuda.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun