rasa itu halus hingga mampu menembus sekat-sekat semesta
bak anak panah bermata berujung trisula gesit memburu jantung kehidupan
mengejar asal muasal hingga mencapai orbit utama kesadaran
mengaduk rasa di akar jiwa
kecamuk perang bermusuhkan diri sendiri
melilit manusia ke dalam permainan sepanjang bentang kontrak kehidupan
terkadang pagi berderai air mata, siang mengumbar tawa dan malam tersaput kegamangan
mengaduk rasa di akar jiwa...
berarti mensketsakan perjuangan tiada henti ruhui demi mendamaikan kesejatian dalam liku takdir
agar terbiasa dalam kegetiran dan bertahan dalam goncangan demi goncangan
sampai mampu menempatkan jati diri bertopang simpul-simpul harmoni
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!