Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga dengan banyak penggemar di Indonesia. Sejak era Liem Swie King, bulutangkis Indonesia mulai dikenal dunia. Terlebih lagi saat era Susi Susanti dan Alan Budikusuma yang meraih medali emas pada Olimpiade Barcelona 1992. Olahraga ini pun sering menjadi harapan besar bagi masyarakat Indonesia di ajang olahraga internasional. Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini, prestasi bulutangkis Indonesia mengalami penurunan.Â
Salah satu sorotan utama adalah kurangnya regenerasi atlet berkualitas. Terlalu banyak ketergantungan pada pemain senior tanpa perhatian terhadap pembinaan atlet muda. PBSI dinilai kurang siap dalam membina dan mengembangkan bakat muda sebagai pengganti pemain senior. Hal ini berdampak pada minimnya penemuan bakat baru yang bisa menjadi penerus generasi emas bulutangkis Indonesia. Para pejabat PBSI harus menyediakan fasilitas latihan yang memadai dan program pelatihan menyeluruh, baik fisik, teknik, maupun mental, dengan melibatkan pelatih-pelatih berkualitas.
Program pembinaan PBSI dianggap tidak efektif, dan keputusan strategis yang diambil PBSI dalam memilih pelatih serta tim pendukung dinilai kurang tepat. Evaluasi terhadap strategi pembinaan PBSI sangat diperlukan, mengingat sistem pelatihan dan seleksi pemain di tingkat nasional belum mampu menghasilkan atlet yang kompetitif di level internasional.Â
Banyak pemain muda terhambat oleh sistem yang kurang mendukung pengembangan mental juara. Padahal, sistem pelatihan dan kompetisi lokal seharusnya menjadi fondasi kuat untuk melahirkan atlet unggulan. Sayangnya, kompetisi lokal sering kali kurang mendapat dukungan dan perhatian, sehingga atlet muda yang berpotensi tidak mendapatkan kesempatan yang cukup untuk berkembang. Pejabat PBSI perlu memberikan perhatian lebih pada kompetisi lokal, yang dapat menjadi ajang seleksi bakat dan pengalaman bagi para pemain muda.Â
Selain itu, PBSI beberapa kali melakukan pergantian pelatih dalam setahun terakhir. Pergantian pelatih ini dinilai tidak begitu efektif karena atlet harus beradaptasi kembali dengan pelatihan yang baru. Meskipun pelatih sering berganti, baik sektor tunggal maupun ganda Indonesia belum bisa menjadi andalan utama hingga saat ini. Evaluasi menyeluruh terhadap sistem pembinaan dan manajemen pelatihan PBSI sangat diperlukan agar prestasi Indonesia di ajang internasional dapat kembali bersinar.
Untuk meningkatkan prestasi bulutangkis Indonesia, para pejabat PBSI perlu lebih serius dalam menangani masalah regenerasi atlet. Salah satu langkah penting yang harus diambil adalah meningkatkan kualitas pembinaan di tingkat junior, agar bibit-bibit baru dapat muncul dan berkembang menjadi atlet unggulan. Selain itu, penting bagi PBSI untuk fokus pada pembinaan yang berkelanjutan, dengan menyediakan fasilitas yang memadai bagi para atlet muda.
Pemilihan pelatih juga harus dilakukan dengan lebih cermat, dengan tidak hanya memperhatikan pengalaman, tetapi juga kemampuan untuk membina mental dan teknik pemain. Pengelolaan jadwal kompetisi yang baik akan membantu mempersiapkan atlet muda menghadapi tantangan di level internasional. Selain itu, pembinaan mental juara sejak dini harus menjadi fokus utama, mengingat mentalitas yang kuat sangat penting di kancah internasional.Â
Diharapkan bahwa para pejabat PBSI melakukan perbaikan dari dalam. Tanpa adanya perubahan yang besar, PBSI akan kesulitan menghasilkan atlet-atlet kelas dunia yang dapat bersaing di ajang internasional. Oleh karena itu, evaluasi menyeluruh terhadap manajemen PBSI sangat dibutuhkan demi kebangkitan bulutangkis Indonesia. Jika PBSI tidak segera mengambil langkah-langkah perbaikan yang jelas, Indonesia mungkin akan semakin tertinggal dalam persaingan bulutangkis dunia.
https://skor.id/post/mengapa-prestasi-bulu-tangkis-indonesia-terpuruk-akhir-akhir-ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H