Mohon tunggu...
Lana Taufiq
Lana Taufiq Mohon Tunggu... -

saya adalah apa adanya saya :-)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelesir ke Tetangga Sebelah

12 November 2009   15:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:21 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Wah, senangnya diperbolehkan cuti utk menggenapi long weekend kali ini. Sebenarnya, cuti kali ini adalah cuti diluar rencana – alias cuti dadakan. Tapi, harus dibela-belain dong, wong dapat ajakan gratis “jali-jali” ke negeri tetangga sebelah – yang empunya Merlion.

Saya bersama kakak dan keponakan-keponakan berangkat dengan pesawat Garuda yang seyogyanya berangkat pukul 9:30. Namun jadwal terbang pesawat agak molor sedikit sekitar 10-15 menit karena harus menunggu 2 penumpang lagi yg belum boarding. Gila! Kebangetan tuh penumpang! Pesawat harus delay hanya karena harus menunggu mereka berdua??? Ampyuuun! Please deh ah! Kesan pertama: itu orang ga disiplin banget sech!

Alhamdulillah, pesawat mendarat dengan mulus di bandara Changi sekitar pukul 11:00. Cuaca di Changi a/p mendung, sepertinya hujan baru saja berhenti. Kesan pertama: bandara ini masih kalah bagus sama KLIA Sepang – Malaysia. Tapi, jelas masih lebih baik jika dibandingkan dengan bandara Soekarno-Hatta yang kita poenya. DISIPLIN! Itu yang kita ga poenya. Disini semuanya nampak teratur dan tertib. Ga ada tuh yg namanya sodok-menyodok. Segala sesuatu yg membutuhkan “antri” berjalan dgn sangat tertib. Beda banget sama di Indonesia sini. Yang aku heran, di Indonesia itu orang baru bisa antri dengan tertib setelah ada pengawas yg teriak “HARAP ANTRIIIIII”. Kalo ga gitu, dijamin itu barisan acak adul ga karuan deh. Gimana ya cara mengubah karakter dan kebiasaan orang Indonesia yang ga biasa disiplin seperti: antri, buang sampah pada tempatnya, tidak meludah sembarangan, jam karet, dll. Utamanya sih, fasilitas memang hrs tersedia di segala public area mis.: tong sampah. Gimana orang mau disiplin buang sampah pada tempatnya kalo sejauh mata memandang, & setelah dicari-cari itu benda yg wujudnya seperti “tong sampah” tak kunjung nampak. Alhasil, orang memilih untuk buang di sembarang tempat, atau min. di pojok2 tempat. Saking banyak pojoknya, yang kelihatan ya jadinya sampah bertebaran di segala sudut. JOROK!

Oya, satu lagi yg mencerminkan “sikap” orang Indonesia di negeri sebelah itu. Hobi shopping! Alamak! So, Indonesia = Shopping. Mentang-menteng kita ini datang dari Indonesia, orang sana pasti menyangka kita kesitu mau shopping. Plis deh ah. Gini-gini, kita masih sangat mencintai produk dalam negeri kok. Kita ga silau deh sama yg namanya label “made in Singapore” (emang ada yang asli sana hehehe?).

Batik? Kita punya lebih banyak corak

Makanan? Kita punya ragam makanan tradisional khas daerah masing2 dari semua provinsi, enak-enak pula.

Kerajinan tangan? Kita punya segudang buah tangan rekan-rekan kita di pelbagai daerah mulai dari ukiran, tenunan, tembikar, gerabah, patung, keramik, lukisan, waaahhhhh, masih banyak deh yang lainnya.

Panorama alam? Jelaslah Indonesia memiliki banyak tempat objek wisata yang menyuguhkan panorama alam yang sangat sangat indah…..dan ingat: ASLI lhoooo!

Coba bandingkan dengan Singapore yang punya Sentosa Island. Ga ada apa-apanya deh. Semua itu hanya buatan tangan manusia saja. Tapiiiii, kenapa ya orang Indonesia hobi banget pelesir ke negara-negara tetangga itu: Singapore, Malaysia, Thailand. Sekedar gengsi kah? Mungkin.

Indonesia masih jauh lebih cantik kok dari negara-negara itu. Tapi ya itu tadi, budaya DISIPLIN memang masih sangat kurang disini. Ini PR buat kita semua.

So, kembali ke Indonesia, hatiku berujar: AKU MASIH dan MAKIN CINTA INDONESIA dengan segala carut-marutnya. Pelesir ke beberapa negeri tetangga sebelah itu hanya untuk menambah wawasan saja. Kenapa mereka sering menganggap bangsa Indonesia lebih rendah dari mereka, padahal negara mereka itu ga ada apa-apanya dibanding Indonesia tercinta ini. Atau mungkin karena nilai ekspor TKI kita sangat tinggi ya, jadi para tetangga itu beranggapan seperti itu. Akhirnya, aku hanya bisa berandai-andai kembali: seandainya Indonesia tidak dipimpin oleh para pejabat yang korup, seandainya Indonesia memiliki pemimpin yang mengayomi & melayani masyarakatnya, pastilah Indonesiaku ini akan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang makmur dan sejahtera dengan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya. Wahai, pejabat, insyaflah kau! Jangan kau hancurkan Indonesia tercinta ku ini!! Ingat, di perut2 buncitmu itu, mengandung tetesan darah & cabikan daging dari tubuh para pejuang kemerdekaan yangg telah memerdekakan negeri ini tanpa pamrih!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun