Mohon tunggu...
Merah Al Boeghizsy
Merah Al Boeghizsy Mohon Tunggu... karyawan swasta -

\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nota dan Kejujuran

12 Februari 2012   03:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:46 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bisakah andamemberikan harga dari kejujuran anda? Mungkin anda akan sedikit bingung dengan pertanyaan yang tidak terduga ini. Padahal, tidak sedikit dari kita yang secara tidak sadar (barangkali?) yang sudah memberikan harga dari kejujuran yang dimilikinya. Jika kita ingin membicarakan tentang kejujuran, sangat menarik jika kita dapat mengaitkannya dengan nota. Ini adalah karena berdasarkan pengalaman saya dan mungkin juga ini adalah saat yang tepat karena berita tentang perjalanan dinas fiktif oknum PNS sedang menjadi bahan cerita yang sangat menarik untuk diperbincangkan akhir-akhir ini.

Di perusahaan tempat saya berkerja, seringkali terjadi atasan saya meminta tolong untuk membelikan barang-barang keperluan kantor secara mendadak. Dan sudah menjadi kewajiban untuk setiap barang yang dibeli akan dibuatkan nota pembeliannya. Nah, disinilah saya akan bisa mempertanyakan, “berapa sih harga kejujuran itu?”. Wow, Mengapa pertanyaan seperti itu bisa muncul dibenak saya? Apakah saya berniat untuk berbohong? Lagipula menurut teori Bang Napi, selain niat, orang juga akan berbuat jahat karena adanya kesempatan. Alhamdulillah..., saya sudah mengikatkan diri pada tali mutiara kata yang menguntai bunyi, “Orang yang baik adalah orang yang mempunyai kesempatan untuk berbuat jahat tetapi dia memilih untuk TIDAK melakukannya!”.

Rasanya bukan hal rahasia lagi, walaupun nota adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban uang kepada barang yang dibeli, nota ini juga sekaligus dapat menjadi tolok ukur atas kejujuran kita. Pernah satu ketika, saya mengganti beberapa alat suku cadang motor perusahaan disaat sedang melakukan tugas luar. Setelah semuanya selesai dan saya pun meminta nota untuk menjadi bukti (selain alat diganti) di perusahaan nantinya. Alangkah kagetnya saya ketika disodorkan nota kosong yang tidak tertuliskan apa-apa selain stempel dari bengkel tersebut. Dalam kebingungan yang seketika menjadi sebuah keheranan besar, saya mempertanyakan hal itu. Dan bertambahlah volume kekagetan saya dari penjelasannya yang mengatakan hal itu sudah menjadi sebuah kebiasaan apabila ada yang meminta nota. Menurutnya lagi, biasanya mereka (meminta nota kosong) akan menuliskan nota dengan harga diatas harga yang diberikan oleh bengkel tersebut. Iseng-iseng, saya mempertanyakan berapa selisih harga yang biasanya dituliskan dinota dengan harga pembelian yang sebenarnya. Sungguh sebuah jawaban yang membuat saya tertawa dengan lucunya takdir kehidupan di bab nota dan kejujuran ini. Menurutnya, selisih harga paling tidak Rp. 5000 untuk menghindari kecurigaan. Walau di kali banyak sekalipun, semiskin-miskinnya saya, saya tidak akan pernah meletakkan harga atas kejujuran yang saya miliki. Akhirnya, saya memutuskan untuk menerima nota yang tertulis (sesuai harga), berstempel dan (plus) memiliki nomor ponsel bengkel tersebut. Jika orang yang meminta nota kosong menghindari kecurigaan atas kebohongannya dengan menambahkan selisih harga maksimal Rp. 5000, adalah baiknya saya akan menghindari kecurigaan atas kejujuran saya dengan menambahkan permintaan nomor ponsel bengkel/toko (untuk klarifikasi perusahaan) karena buruk atau baiknya kita adalah pilihan kita, bukan?

Kisah nota dan kejujuran dari saya ini belum berakhir. Di satu waktu yang lain, saya bersama teman saya diminta oleh salah satu staff di kantor saya untuk membeli barang di sebuah toko yang menurutnya total harganya adalah sebanyak Rp. 50000. Tetapi seperti biasanya sebuah transaksi di antara pembeli dan penjual, terjadilah proses tawar menawar. Harga di toko barang tersebut setelah ditawar adalah Rp. 40000. Anehnya, teman saya mengajak saya untuk tetap ‘menotakan’ harga Rp. 50000. Ini luar biasa menurut saya. Bagaimana tidak, ketika banyak orang mengatakan jujur adalah barang yang langka di Indonesia, teman saya punya pemikiran untuk ‘menjual’ kejujuran dua jiwa hanya dengan harga Rp. 10000. Ironis!

Tetapi beruntung saya tidak bergeming dan atas kehendak-Nya hal tersebut tidak terjadi. Apa kata dunia di akhirat kelak jika hal itu sampai terjadi?

“ Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” (QS. Al-Maidah: 119)

Adalah lebih baik menurut saya bertanggungjawab daripada menanggung malu. Seperti adegan lucu di negeri ini, jika anda bukanlah orang yang jujur, maka menjadi hal yang wajar jika pimpinan atau wakil anda juga adalah orang-orang yang tidak jujur.

Al Marudzi telah bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal. “Dengan apakah seseorang itu meraih reputasi hingga terus dikenang?”. Imam Ahmad menjawab, “Dengan perilaku jujur”. Beliau juga menambahkan, “Sesungguhnya perilaku jujur terkait dengan sikap murah tangan.”(Thabaqatul Habilah, jilid 1).

Sebenarnya sikap jujur merupakan naluri setiap manusia. Kerananya itu, jujur juga adalah salah satu pilar dari aqidah agama Islam. Sedangkan jujur menurut KBBI adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus dan ikhlas. Sungguh beruntunglah orang-orang yang menjadikan jujur sebagai prinsip hidupnya kerana sudah lebih dari cukup untuk kita menyimpulkan bahwa jujur adalah kemuliaan yang tidak akan ternilai harganya. Tetapi jika anda masih ingin menuliskan harga diatas nota untuk kejujuran yang anda miliki, berapa total harga yang ingin anda inginkan?!

*Penulis saat ini magang di PT PAL.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun