Mohon tunggu...
Lanang Andhika
Lanang Andhika Mohon Tunggu... Freelancer - 201880182

Leadership, Senin dan Kamis 07:30

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Memimpin dengan Cinta Versus Memimpin dengan Rasa Takut

21 Juli 2021   13:47 Diperbarui: 21 Juli 2021   14:55 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Secara tradisional, kepemimpinan didasarkan pada rasa takut yang menginspirasi pada karyawan. Memang, rasa takut dapat menjadi pemicu motivasi yang kuat bagi seorang karyawan, namun banyak pemimpin saat ini yang belajar bahwa lingkungan yang mencerminkan kepedulian dan rasa hormat terhadap orang lain atau karyawan jauh lebih efektif daripada lingkungan dimana para karyawan merasa takut.

Ketika keberhasilan organisasi terutama yang bergantung pada karyawan yang mengikuti perintah tanpa berpikir, memimpin dengan rasa takut seringkali dapat memenuhi kebutuhan organisasi. Namun, saat ini kesuksesan pada Sebagian besar organisasi tertuju pada pengetahuan, kekuatan pikiran, komitmen, kreativitas, dan antuasiasme setiap orang dalam organisasi tersebut.

Sebuah organisasi yang dilandaskan pada rasa takut akan kehilangan orang-orang terbaiknya yang pindah ke organisasi lain, selain itu juga apabila mereka menetap di organisasi tersebut, mereka biasanya tidak memberikan kinerja yang maksimal yang sesuai dengan kemampuan mereka sebenarnya.

Menunjukkan rasa hormat dan kepercayaan juga memungkinkan orang untuk merasa terhubung secara emosional dengan pekerjaan mereka masing-masing sehingga hidup mereka lebih seimbang. Para pemimpin dapat mengandalkan rasa takut untuk memicu kinerja yang lebih baik, namun apabila hal tersebut dilakukan, pemimpin tersebut dapat perlahan-lahan menghancurkan semangat karyawannya yang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi karyawan dan organisasinya.

Para pemimpin dapat belajar untuk mengikat para karyawan untuk dapa mencapai tujuan bersama melalui kekuatan positif seperti kepedulian dan kasih sayang, sehingga tercipta emosi yang menarik orang untuk mengambil risiko, belajar, tumbuh, dan memajukan organisasi dengan memiliki rasa cinta dan bukan keterpaksaan yang disebabkan oleh rasa takut mereka.

Dengan pemimpin yang lebih menekankan kepada rasa cinta dan kasih sayang dibanding dengan rasa takut, maka para karyawan akan lebih merasa dihargai dan dengan senang hati akan memberikan kinerja terbaiknya bagi organisasi tempat mereka bekerja, sehingga tidak ada rasa keterpaksaan karena semuanya datang dengan sendirinya akibat dari lingkungan kerja yang nyaman dan pada akhirnya tujuan organisasi akan lebih mudah tercapai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun