"Kenapa?"
"Karena aku sendiri sudah anjing." Si pemuda mengatakan ini dengan penuh penghayatan. Membuat  Stilistika membeku lama. Kemudian gadis itu menarik nafas dan mengempaskannya keras-keras.
"Setelah barusan kau mengakui keangkuhan sendiri, benci yang kutahan  kepada kau setahun lalu sudah hilang.  Ayo masuk dulu! Mungkin kau ingin melihat bagaimana ibuku merawat anjing."
Pemuda itu ragu, tapi tangan gadis itu menariknya. Dan seperti tak mau ketinggalan, anjing tetangga pun ikut-ikutan ke dalam.
Selepas selesai urusan anjing, Stilistika dan pemuda itu mengobrol di ruang tamu. Melihat gadis itu mau tersenyum saat berbicara dengannya, si anak lelaki menjadi gagu. Ada sesuatu menyerang hatinya berupa rindu yang ditutup-tutupi sekian lama, juga harapan menyala-nyala setelah satu tahun hubungan mereka terputus begitu saja.
"Tika?"
"Ya?"
"Maukah kau menerimaku lagi?"
Wajah cantik itu menjadi sayu, ia menggigit bibir dan meremas jari sendiri sembari menjawab,
"Aku tak bisa. Mungkin dua tahun lagi baru bisa."
"Kenapa?"