"Kenapa kau datang malam-malam begini? Bukankah kau tak mau lagi bertemu denganku?" Sejenak pemuda itu nanar, hampir badannya tidak kuat menahan gejolak batin mendapati sikap dari wanita di hadapan. Akan tetapi, ia lekas sadar. Bukan saatnya mengurus masalah pribadi.
"Ada yang sekarat, Tika. Aku kesini bukan atas kemauan sendiri."
"Siapa?"
"Anjing orang kaya."
Perempuan bernama Stilistika itu menyipit, menyesuaikan cahaya yang kurang membantu penglihatannya.
"Oh! Martin!" Seperti kebanyakan perempuan saat kaget, Stilistika menjerit begitu melihat jelas siapa yang lelaki itu bawa.
"Ini Martin anjingku yang kabur dua hari lalu, dari mana kau menemukannya?"
Sedetik mata pemuda itu terbata. Stilistika makin manis sekarang, batinnya berkata.
"Ah! Anjing tetangga yang menemukannya di tempat sampah, bukan aku."
"Kukira itu anjing kau?" Dengan tidak menghiraukan perbedaan mimik muka lawan bicara, si gadis memandang anjing yang setia di samping si pemuda.
"Aku tak memelihara anjing."