Mohon tunggu...
La Nane
La Nane Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Pemula

Lahir di Nggele 12 Mei 1990, Maluku Utara

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Plastik Ancam Biota Laut dan Manusia

26 November 2018   09:14 Diperbarui: 26 November 2018   09:20 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo credit: www. phys.org

Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan kematian seekor Paus Sperma Physeter macrocephalus yang terdampar di perairan Pulau Kapota, Wakatobi. Kamatian seekor paus tersebut bukan hanya menyedot perhatian seluruh penggiat lingkungan, tetapi juga sukses meraup simpati rakyat se-Indonesia. 

Tambah lagi, dengan ditemukannya 5,9 kg sampah plastik pada lambung si paus mati. Lantas, teka-teki besar hadir. Apakah sampah plastik menjadi key factor---"penyebab utama" atas kematian si paus?

Hemat saya, amat sulit untuk mengklaim secara dini bahwa plastik dengan bobot 5,9 kg per satuan bobot paus adalah faktor utama atas kematian si paus. Pasalnya tidak ada data, berapa rerata plastik dalam perut suatu biota yang dapat ditolerir dan tidak dapat ditolerir, sebelum kemudian mati. 

Etika sains sebagai sumber informasi akurat melarang siapapun untuk menjustifikasi suatu masalah tanpa data.

Terlebih tidak ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa plastik lah penyebab utama kematiannya. Jadi, klaim atas matinya si Paus Sperma karena sampah plastik di Wakatobi itu, bagi saya hanyalah asumsi. Sebab kebenaran suatu asumsi/hipotsesis tidaklah mutlak. Artinya asumsi bisa bernilai benar, dan juga bisa bernilai salah.

Hanya saja, patut disayangkan karena plastik berada di dalam perut si Paus Sperma. Tempat plastik, ya, hanya di TPA bukan di perut biota laut, ataupun di dalam lambung manusia. 

Karenanya, fenomena ini harus dibaca sebagai ancaman. Bukan saja ancaman terhadap biota laut, tapi juga bagi manusia selaku konsumennya. 

Maka dari itu, manusia perlu memikirkan kembali penggunaan sampah plastik, termasuk pengelolaan sampahnya. Jika tidak, maka lambung manusia perlahan-lahan akan menyimpan plastik juga.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rome et al. 2015, yg berjudul First evidence of presence of plastic debris in stomach of large pelagic fish in the Mediterranian telah mengungkapkan bahwa plastik juga terdapat pada lambung ikan-ikan pelagis besar seperti ikan tuna yang tertangkap di Laut Mediterrania.

Karena itu, plastik yang ada dalam tubuh ikan-ikan pelagis harus dibaca bukan sekadar ancaman bagi biota laut tapi juga sebagai ancaman nyata bagi manusia.

Dapatkah Anda bayangkan jika ikan pelagis kecil misalnya seperti ikan teri mengakumulasi mikro-plastik dalam tubuhnya, lalu manusia mengonsumsinya. Bukankah Itu sama saja artinya dengan memindahkan plastik dari tubuh ikan teri ke dalam tubuh manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun