Tanpa sadar umpatan menjadi identitas diri yang wajar. Bahasa yang menyebabkan manusia dapat mengekspresikan keinginannya dan mengantar untuk mencapai puncak kesejatian dirinya sebagai ciptaan yang berakal dan berbudaya tercoreng begitu saja.
Bahasa kasar juga dapat mempengaruhi pola pikir dalam bertindak dan membentuk psikis diri, baik kepada penutur maupun pendengar. Bahasa tidak hanya sekedar sebagai alat bagi manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya, tetapi juga sangat berpotensi pula untuk mempengaruhi pemikiran seseorang berdasarkan Sumarsono dan Pratana.Â
Kata-kata yang ceroboh dapat mengakibatkan perselisihan. Kata-kata yang jahat dapat menghancurkan hubungan baik. Kata-kata yang pahit dapat menimbulkan perasaan benci, kata-kata yang brutal dapat membunuh, kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan, kata-kata yang ramah memperlancar jalan kehidupan, kata-kata sukacita dapat membuat hari-hari kita ceria, dan kata-kata yang lemah lembut dapat mengurangi stres menurut Dosen Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Gianti Gunawan.Â
Berkata kasar adalah ucapan buruk dari sudut tujuan apapun umpatan itu digunakan. Dampak yang paling otentik dari penggunaan umpatan adalah terbentuknya kepribadian pemarah pada penggunanya dan kepribadian latah pada orang yang selalu mendapatkan umpatan.Â
Kepribadian pemarah dan latah dapat berpengaruh buruk pada eksistensi kepribadian seseorang yang menjatuhkan martabat manusia.Â
Sifat marah dapat menyebabkan individu kehilangan kontrol emosional dan fungsi kesadaran (akal). Sehingga dapat menggiring kepribadian manusia cenderung kepada nafsu kebrutalan yang dapat berdampak pada diri sendiri dan juga kepada orang lain.
Sedangkan sifat latah sendiri merupakan cerminan sosok manusia yang menjatuhkan derajat kewibawaannya sebagai manusia yang dicitrakan sebagai makhluk yang berakal dan bermoral.Â
Mengolah Diri
Pepatah bijak mengatakan hati-hati dengan kata-kata, karena perkataan sejatinya adalah doa. Hal ini perlu disadari secara utuh oleh setiap individu.Â
Mengayomi pepatah bijak ini merupakan salah satu bentuk penghargaan untuk menjunjung martabat diri. Pengolahan diri dengan berlatih untuk tidak mengumpat dapat menguatkan kembali eksistensi individu sebagai manusia yang berakal dan bermoral.Â
Upaya berlatih diri ini dapat dilakukan dengan cara memberikan waktu jeda untuk berpikir matang dahulu sebelum melontarkan suatu perkataan.Â
Tak usah terburu-buru untuk mengeluarkan perkataan, namun merangkainya dahulu menjadi perkataan yang menyenangkan didengar telinga. Merangkai kata agar tetap sopan didengar juga patut dilakukan disaat terjadi perselisihan pendapat.