Mohon tunggu...
Lamya NurulAdzkia
Lamya NurulAdzkia Mohon Tunggu... Lainnya - Saya berprofesi sebagai Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Tadris Pendidikan IPS

Saya gemar sekali membaca mengenai kasus-kasus politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Titik Vital Menyepelekan Pertumbuhan dan Perkembangan Kognitif Anak pada Fase Sensormotorik Jhon Piagget

20 Oktober 2023   21:41 Diperbarui: 20 Oktober 2023   21:43 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
canva lamya nurul adzkia

Setiap anak  yang lahir pasti mengalami petumbuhan mungkin ketika kecil postur tubuh identiknya juga kecil. Seiring berjalannya waktu anak pasti akan bertumbuh kembang baik secara fisiologisnya maupun kognitifnya. Pada saat anak tumbuh kembang peran orang tua sangat dibutuhkan. Bagaimana cara orang tua untuk memberi tahu dan memberi pemahaman terhadap anak dapat menentukan sikap anak itu dalam bertindak.

Tentu dalam pertumbuhan dan perkembangan pada setiap fase yang di mulai dari Fase Pranatal (kandungan ibu) beberapa orang tua mungkin acuh terhadap anak yang sedang di kandungnya. Acuh pada konteks ini bukan terletak pada pemenuhan kebutuhan sang buah hati. Tapi terletak pada bagaiman seorang ibu sudah memberikan pemahaman sejak di dalam kandungan. Bisa berupa dengan mengajak sang buah hati untuk mendengarkan Al-Qur'an atau sering diajak berkomunikasi (berbicara). Sebab paradigma mengenai "anak di dalam kandungan tidak akan mendengar apa yang ada di luar ruang rahim ibunya" sudah menjadi trend yang diturunkan pada orangtua zaman dahulu.

Selanjutnya pada fase menyusui seorang ibu tentu akan mengalami masa yang sangat padat dan repot. Disamping status sosialnya sebagai "ibu", ia juga sebagai istri yang memiliki kesibukan dengan mengurusi prihal apapun di rumah. Ibu akan sibuk nyuci, ngepel, gosok, bahkan hal-hal lainnya apabila tidak memiliki partner untuk bekerja sama dalam mengurusi hal rumah tangga. Sering sekali saya jumpai kasus seorang ibu memiliki kebiasaan memberikan ASI atau ketika menyusui anak disambih dengan melakukan pekerjaan rumah. Hal tersebut awalnya terlihat biasa saja tapi setelah saya mengetahui teori fasi pertumbuh dan perkembang menurut piagget. Saya sadar seharusnya ketika memberikan ASI alangkah lebih baik ketika pada saat itu diberikan pemahaman dan di ajak  bercerita tentang hal-hal yang baik. Karena ibu tidak sedang memberikan susu sapi tapi ibu sedang memberikan darah yang sudah diolah didalam tubuhnya melalui partikel yang ada pada tubuh ibu.

Hal ini sejalan dengan teori fase pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak pada tahap sensor motorik atau usia 0-2 tahun oleh pigget. Dimana pada fase ini anak mengembangkan pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (mencapai, menyentuh). Walaupun pada tahap ini aktivitas anak belum menggunakan bahasa namun tidak bukan berarti anak tidak akan mengerti bahasa yang kita gunakan. Sebetulnya pada fase ini pertumbuhan kecerdasan anak sangat pesat sehingga dikatakan sebagai fase emas.

Lalu beranjak ketika anak perkembangannya suda mulai aktif dan tidak mudah di kontrol sering memasukan benda kedalam mulutnya hal tersebut bukan karena sang buah hati lapar. Tapi sebab mulutlah yang menjadi indra perasa untuk menemukan sebetulnya benda yang ia pegang apa. Tak jarang anak usia 5-2 tahun memiliki kasus yang aneh mungkin dengan sang buah hati suka memakan pasir. Peran orang tua seharusnya sebelum anak terbiasa memasukan benda tersebut kedalam rongga mulut memberi pemahaman mengenai benda apa yang sedang ia pegang.  Ada juga kasus lain ketika orang tua melihat anaknya terjatuh pada saat usia kecil dibiasakan untuk menyalahkan hal (benda mati) yang menjadi penyebab anak itu terjatuh. Maka akan membuat anak seiring berjalannya waktu ketika mendapatkan masalah ia akan menyalahkan orang lain tanpa mengevaluasi dirinya.

Nah, dari pembahasan diatas seharusnya menjadi sebuah pembelajaran untuk kita semua. Bahwa setiap fase pada anak memang penting keikutsertaan peran orang tua. Tapi pada fase awal anak bukannya tida memerlukan pemahaman melalui bahasa kita. Tapi pasa fase awal sensormotorik anak memerlukan peran penting kita. Dan anak belum tentu tida mengetahui apa yang kita bicarakan melalui bahasa dan pembicaraan kita. Jika disepelekan makan hal tersebut akan mempengaruhi pada tahap keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun