Mohon tunggu...
Lamser R. H. Aritonang
Lamser R. H. Aritonang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Melayani, Melatih dan Memberdayakan supaya Hidup Berkelimpahan dan Berbagi

Belajar, bekerja dan berbagi untuk mengubah pikiran, perasaan, sikap, tulisan dan tindakan dalam upaya menjadi trainerpreneur, writerpreneur dan propertypreneur sejati

Selanjutnya

Tutup

Catatan

MENCARIKAN CAWAPRES UNTUK JOKOWI

26 Maret 2014   01:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:29 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi sudah secara resmi bersedia menjadi Capres yang diusung PDI-P. Keputusan itu diungkapkan setelah Bu Mega, Ketua Umum PDI P, mengeluarkan perintah harian langsung dalam bentuk tulisan tangan. Disusul dengan pendeklarasian Jokowi sebagai Capres di situs Si Pitung di Marunda pada hari Jumat, 14 Maret 2014 yang lalu. Dengan demikian satu pro kontra telah diputuskan oleh Jokowi sendiri.

Buku Jokowi (Bukan) untuk Presiden buah karya 44 orang penulis Kompasiana.com diterbitkan oleh Elex Media Komputindo pada September 2013. Hanya butuh waktu 4 bulan, buku harus mengalami cetak ulang tepatnya pada bulan Januari 2014. Artinya, buku ini sangat diterima oleh pembaca sehingga tidak salah bila buku yang dieditori oleh Nurulloh digolongkan sebagai buku best-seller. Tentunya hal ini tak dapat dilepaskan dari kejelian Pepih Nugrahasebagai Community Managing Editor Kompas.com melihat peluang pasar sekaligus menampung tulisan para Kompasianer untuk diabadikan dalam bentuk buku.

Buku pertama kumpulan tulisan Kompasiana.com ini terdiri dari 6 bagian. Masing-masing bagian terdiri dari beberapa artikel. Kalau melihat judul bukunya, bagian yang paling menggoda kemungkinan besar adalah bagian 5 yang diberi judul Jokowi Presiden. Untuk sampai pada bagian itu, Nurulloh menempatkan 4 bagian sebagai pondasi yang kokoh. Bagian 1 diberi judul Rekam Jejak, Bagian 2 berjudul Hiruk Pikuk Pilkada, Bagian 3 Pro Kontra, Bagian 4 Gebrakan kemudian diakhiri dengan Bagian 6 berjudul Tantangan.

Terlepas dari pro kontra Jokowi menjadi Capres, umumnya penulis percaya bahwa Jokowi punya kualitas mumpuni menjadi presiden. Bukan hanya kualitas yang dianggap unggul, tapi kualitas yang berbeda. Prestasi sebagai walikota Solo yang mengantarnya menjadi walikota terbaik ketiga dan gebrakannya di DKI dalam tahun pertama menghadirkan kepercayaan dan optimisme terhadap Jokowi. Kesederhanaan, rendah hati, spontan dan dekat dengan rakyat (Mengapa Jokowi Disukai?, Niken Satyawati) adalah serangkaian sifat Jokowi yang banyak diangkat. Hal itu tampak bukan saja dalam penampilan dan pembawaan, dimunculkan pula dalam program dan cara penanganan masalah. Dalam penanganan banjir misalnya, Jokowi tanpa diduga turun tangan dan masuk ke gorong-gorong. Tapi untuk normalisasi sungai, harus lebih terencana dan komprehensif mulai dari hilir di daerah Puncak dan Depok, pengerahan alat berat, sampai sosialisasi tak henti untuk tidak membuang sampah ke kali.

Tentang kekuasaan menduduki jabatan politik, sikap Jokowi sangatlah jelas, “Nggak mikir.” Pernyataan ini menjawab pertanyaan tentang pencalonan menjadi Gubernur DKI maupun pencalonan menjadi Capres. Tapi Jokowi tidak mampu menolak ketika ada perintah dari partai, dalam hal ini MegawatiSukarnoputri sebagai Ketua Umum PDI-P. Perintah itu dipahaminya sebagai panggilan untuk melayani dan mengabdi lebih besar lagi untuk rakyat dan negara. Ukurannya juga nyata berupa hampir semua lembaga survei menempatkan Jokowi sebagai kandidat yang menduduki urutan teratas. Tambahan pula, rakyat melihat bahwa Jokowi sungguh-sungguh bekerja walaupun belum menunjukkan keberhasilan seperti masih parahnya kemacetan Jakarta.

Sejumlah partai politik menyatakan akan menentukan cawapres setelah pemilihan legislatif tanggal 9 April 2014. Itu adalah sikap hati-hati sambil wait and see. Di sisi lain, kompasianer ada juga yang berani mencarikan cawapres bagi Jokowi. Kalau bisa yang saling mengisi seperti dwi tunggal Sukarno Hatta. Atau yang lebih riil pasangan Jokowi – Ahok, berbeda gaya kepemimpinan tetapi punya kesamaan visi dan kekompakan. Tapi mungkinkah mengajak Ahok juga meninggalkan kursi Wagup DKI? Rasanya kurang bijak. M. Rasyid Nur dengan artikel berjudul Pilihlah DJ di Pilpres 2014 mengkampanyekan untuk memilih Dahlan Iskan dan Jokowi sebagai pasangan Capres-Cawapres. Berhubung Jokowi sudah resmi jadi Capres PDI-P, maka lebih baik dibalik menjadi Jokowi – Dahlan Iskan! Terlepas dari hasil Konvesi Partai Demokrat, Dahlan Iskan sangat layak menjadi pasangan Jokowi. Mereka sama-sama pekerja keras, suka blusukan dan tidak menerima gaji dari jabatan serta anti korupsi!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun