Mohon tunggu...
lamochtarunu
lamochtarunu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komunitas Cyber dan Lenyapnya Pranata Sosial

27 Mei 2017   09:30 Diperbarui: 27 Mei 2017   10:30 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

KOMUNITAS CYBER DAN LENYAPNYA BATAS-BATAS SOSIAL

Di dalam era globalisasi dan abad virtual dewasa ini, banyak konsep-konsep sosial seperti integrasi, kesatuan, persatuan, nasionalisme, dan solidaritas, tampak semakin kehilangan realitas sosialnya dan akhirnya menjadi mitos. Berbagai realitas sosial yang berkembang dalam skala global – khususnya sebagai akibat kemajuan teknologi informasi – justru menggiring masyarakat global kearah sosial.

Alan Touraine, misalnya melihat bahwa proses akhir sosial ini adalah sebagai akibat modernisasi yang telah mencapai titik ekstrimnya dewasa ini, yang disebutkan sebagai hipermodernisasi kontemporer. Menurut Touraine, kehidupan sosial kini telah kehilangan kesatuannya. Ia kini tak lebih sebuah arus perubahan yang terus-menerus, yang di dalamnya aktor-aktor individu atau pun kolektif tidak lagi bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial, akan tetapi mengikuti strateginya masing-masing yang berperan di dalam proses perubahan (Kapitalisme global), serta tidak dapat lagi sepenuhnya dikontrol oleh kekuasaan Negara.

Proses akhir sosial ini kini dipercepat dan mencapai keadaan maksimalnya di tangan media dan informasi (televise, internet), yang menciptakan berbagai simulasi relasi sosial. Setiap media dan informasi bergerak melalui dua arah : Pertama : ke luar ia memproduksi semakin banyak relasi sosial, Kedua : ke dalam ia justru menetralisasikan relasi sosial dan sosial itu sendiri.

Yang ada sekarang bukanlah satu komunitas yang diikat oleh satu ideology politik tertentu, melainkan individu-individu yang satu sama lain saling berlomba dalam sebuah arena duel, kontes tantangan, rayuan, dan godaan masyarakat konsumer (bukan konflik sosial seperti yang dikatakan Marx)

Pornografi lewat jaringan komputer (Cyberporn) adalah sebuah tantangan, artinya orang yang merespons tubuh-tubuh virtual tersebut adalah orang yang menjawab tantangan kecabulan; penyempurnaan penampilan tubuh secara virtual lewat teknologi tubuh adalah sebuh kontes, artinya orang yang terpesona akan kesempurnaan tubuh tersebut adalah orang yang menerima kontes tersebut. Iklan-iklan virtual di televise adalah sebuah duel, artinya orang yang merespons makna virtual satu iklan ketimbang makna lain adalah orang yang berpartisipasi di dalam duel tersebut. Di sini, realitas sosial tenggelam di dalam hutan rimba virtualitas sosial.

Akhir sosial juga ditandai oleh transparansi sosial, yaitu satu kondisi lenyapnya kategori sosial, batas sosial, hirarki sosial yang sebelumnya membentuk suatu masyarakat. Batas-batas sosial antara dunia anak-anak dan dunia orang dewasa  lenyap di tangan majalah porno, video biru atau disket cyberporn;batas antara proletariat dan berjuis lenyap di dalam arena virtaulisme konsumsi (konsumerisme); batas antara pengusaha dan teoritis lenyap ditangan teorisme virtual (teror yang direkayasa oleh pengusaha sendiri); batas antara bencana ekonomi dan rekayasa ekonomi lenyap di dalam bencana ekonomi virtual (di mana para pejabat bank sentral pun ikut bermain dalam spekulasi), batas antara kebenaran dan kepalsuan lenyap di tangan virtualitas media dan informasi.

Jaringan informasi menjadi bersifat transparan dan virtual, tatkala tidak ada lagi kategori-kategori moral yang mengikatnya, tatkala tidak ada lagi ukuran-ukuran nilai yang membatasinya. Ketika segala sesuatunya berputas bebas dalam sirkuit global, di dalam cyberspace, maka hukum yang mengatur masyarakat global kita bukan lagi hukum kemajuan – sebab kemajuan berarti juga ekspansi teritorila – melainkan hukum orbit. Melalui hukum orbit, segala sesuatu berputar secara global, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu teritorial ke territorial lain, dari satu komunitas ke komunitas lain, dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain. Di dalam proses perputaran tersebut semuanya berubah wujud menjadi wujud virtual. Ada orbit televise, orbit ekonomi, orbit politik, orbit ekstasi, orbit seksual, dan baru-baru ini ada orbit party - line

Party – Linemerupakan gambaran masyarakat cyber kita yang tenggelam di dalam ekstasi komunikasi. Secara ekonomi, logikaParty – Line bukanlah logika aktivitas produktif, melainkan kegiatan konsumtif. Ia merupakan gambaran pula dari sistem ekonomi yang kita semakin tenggelam di dalam ekstasi kecepatan dan percepatan. Sistem ekonomi virtual semakin member peluang bagi peningkatan kecepatan dan percepatan dalam penetrasi pasar. Ekonomi telah berkembang kea rah ekonomi percepatan Fantasmagoria ekonomi. Kapitalisme global memerlukan kecepatan dalam mengakses diri pada bank data, dana moneter internasional, bank citraan dan informasi yang bersifat instan. Kapitalisme global memerlukan kecepatan dalam menggerakkan mesin kreativitas  industry, dan kecepatan penetrasi pasar, kecepatan komunikasi. Ia juga memerlukan mesin percepatan konsumsi, dengan menciptakan dunia konsumerisme dengan berbagai kemudahaannya (TV Media, Teleshopping, dan sebagainya).

Yang kemudian tercipta dari kondisi ini adalah semacam perang diingin sosial, yaitu semacam perang berpacu dengan kecepatan. Apakah ia seorang rocker, pembalap, desainer grafis, direktur perusahaan, turis, juara olimpiade, atau agen perjalanan, ekonomi virtual menjadikan mereka tanpa kecuali, sebagai para serdadu kecepatan kapitalisme global yang tak kelihatan.

Untuk suskes dalam ekonomi virtual dan kebudayaan Cyber sama artinya dengan menguasai kecepatan dengan sepenuhnya. Untuk dapat bertahan di dalam dunia Fantasmagoria ekonomi dan kebudayaan abad ke -21, seorang actor ekonomi harus memeperoleh informasi setiap hari tentang situasi pasar global; seorang disainer grafis harus mendapatka informasi setiap saat tentang vocabulary citraan;Seorang pecinta model harus mendapatkan informasi setiap hari tentang model dan trend baru;setiap orang menjadikan rumah atau kantornya seperti halnya sebuah mesin perang yang selalu siap tempur dalam menghadapi setiap emergenci sosial abad – 21.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun