Istilah cyberspace pertama kali diperkenalkan oleh William Gibson dalam bukunya Neuromancer (1984). Sementara masyarakat Indonesia lebih akrab dengan istilah dunia maya. Cyberspace merupakan sebuah gambaran besar informasi yang berasal dari dunia realitas. Gibson menyebut hal ini sebagai suatu bentuk kesadaran tanpa tubuh dengan masuk ke dalam sebuah jaringan.
“Cyberspace. A consensual hallucination experienced daily by millions of legitimate operators. A graphic representation of data abstracted from the banks of every computer in the human system. Unthinkable complexity. Lines of light ranged in the nonspace of the mind, clusters and constellations of data. Like city lights, receding”. (William Gibson)
Dalam bukunya Cyberculture Theorists (2001) david bale juga menyebutnya sebagai semesta paralel. Dikarenakan Cyberspace tersusun dari berbagai jaringan-jaringan listrik yang berjalan dan setiap jaringannya mewakili berbagai bentuk tingkatan kecerdasan buatan.
Dari komputer lalu cyberspace
Sebagai simulasi virtual yang lebih maju komputer awalnya menjadi alat yg bersinggungan erat dalam pengembangan cyberspace. Dalam eksplorasinya komputer sebagai mesin telah disampaikan kepada kita melalui pemprograman pada hal yang lebih baru. Komputer, mengahasilkan simulasi audio visual yang lebih nyata. hal ini disebut sebagai virtual reality. Sherry Turkle dalam bukunya nascent culture of simulation (1995) mengatakan bahwa virtual reality telah menjadi lebih berguna dalam konsep ide tentang apa yang nyata.
lalu adanya pergeseran penggunaan komputer sehingga pengguna dapat saling berhubungan lalu menjadi cikal bakal cyberspace lebih lanjut atau lebih cangih dengan kecerdasannya. Penemuan web oleh Tim Berners-Lee serta penggunakan web saat ini sebagai gambaran eksplorasi lebih lanjut yang lebih nyata.
Cyberspace menjadi sebuah dunia baru bagi pengguna jejaringnya, menghubungkan antar masyarakat untuk saling mengeksplor dan membagi berbagai aktifitas kesehariannya yang sama sekali berbeda dengan apa yang dilakukannya sehari-hari. Bukan hanya membangun peta pengalaman di dunia nyata, namun ada sesuatu ekstra di dunia maya (cyberspace). Hal ekstra pada cyberspace adalah perbedaan ruang, waktu, gerakan, benda dll yang akan terasa lebih cepat, lebih instan dan lebih tak terbatas dibandingkan dengan kehidupan realitas.
Dengan mengesampingkan pertanyaan tentang bagaimana pengguna mungkin benar-benar bergerak didunia maya, dengan apapun caranya. Hal yang menarik dalam prinsip ini adalah poin perjalanan didunia maya bagaimana masyarakat cyberspace mampu bergerak dengan sebebas-bebasnya. Komunikasi cyberspace menembus ruang dan waktu yang begitu cepat dan instan. Masyarakat mampu berbagi informasi dan saling bertukar kabar hanya dengan beberapa detik tanpa harus memperhitungkan jarak dan waktu. Sekarang, inggat bahwa bagian penting dari prinsip ini adalah keuntungan dalam hal biaya, atau mungkin waktu.
Cyberculture
For me, cyberculture is a way of thinking about how people and digital technologies interact, how we live together – so the suffix ‘culture’ is used in that elastic (david bale)