Pekerjaan rumah adalah metode pembelajaran yang efektif untuk kembang otak anak yang banyak diterapkan di sekolah - sekolah saat ini. Namun, metode ini tidak selamanya benar jika terlalu berlebihan maka dapat merusak mental si anak karena stres dan depresi akibat berpikir berlebihan.
Dalam memberikan PR guru harus jeli melihat kondisi muridnya terlebih dahulu, dan jangan terkesan asal memberikan PR jika muridnya belum menguasai pembahasan di sekolah.
Dikutip dari kompasiana.com (27/10)., mulai 10 November 2022 atau bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, para pelajar SD dan SMP di Surabaya dibebaskan dari pekerjaan rumah (PR). Alasan peniadaan PR ini, menurut Walikota Surabaya Eri Cahyadi, agar siswa lebih bisa menguatkan pembentukan karakter dengan didampingi oleh keluarganya di rumah.
Gagasan meniadakan PR seperti yang disampaikan Walikota Surabaya Eri Cahyadi dengan tujuan agar pembentukan karakter anak lebih baik sebenarya kurang efesien, justru dengan adanya PR siswa lebih dapat membentuk karakternya sendiri.
Jauh lebih baik, jika orang tua mendampingi anak saat mengerjakan PR nya, dimana anak memiliki tempat bertanya jika mengalami kesulitan untuk memecahkan suatu pembahasan.
Meskipun terkadang PR dianggap hanya mempersulit siswa saat dirumah, namun sebenarnya PR memiliki peran penting dalam dunia pendidikan dalam membentuk karakter anak agar memiliki tanggung jawab dan bisa mandiri dalam memecahkan suatu masalah.
Dengan adanya PR yang diberikan guru maka anak dapat melakukan pembahasan ulang yang dipelajari di sekolah di rumah, alasannya setiap pembahasan yang dipelajari disekolah belum tentu dapat dicerna anak dengan baik.
Dengan adanya PR maka anak dapat memecahkan masalahnya di rumah dengan bantuan orang tua atau guru les privat, tujuan guru memberikan PR juga untuk mengetahui kemampuan pengetahuan murid-muridnya atas pembahasan yang disampaikannya disekolah.
Guru akan mudah mengetahui mana murid-murid yang belum memahami pembelajaran dan mana yang sudah menguasainya dari hasil PR yang dikerjakan siswa. Jika banyak murid yang belum memahaminya maka guru dapat mengulang kembali pelajaran tersebut sampai 90% murid bisa mengerti.
Seandainya tidak ada PR tentunya akan mempersulit guru dalam membimbing si anak, kalau hanya mengandalkan memberikan tugas langsung disekolah tentunya akan membuat si anak akan semakin kesulitan menangkap dan banyaknya waktu yang terbuang sehingga mata pelajaran yang lain tertinggal.