Oleh : Sulis Styorini, M.Si
Pemerhati Masalah Sosial, Anggota Komunitas Perempuan Menulis Surabaya
Raffi Ahmad, hampir setiap orang dari seluruh pelosok negeri mengenalnya. Setiap hari sosoknya muncul di berbagai media baik itu sebagai bintang iklan, pesinetron, pembawa acara, grup vocal, bintang tamu dan segudang kegiatannya di bidang entertainment. Kaya, miskin, tua dan muda begitu banyak yang memujanya sebagai seorang artis papan atas bahkan anak saya yang masih berusia 4 tahun pun begitu menantikan kehadirannya di hari sabtu dan minggu sebagai seorang juri di sebuah acara audisi music anak-anak di televisi.
Muda ganteng, kaya dan terkenal, lengkaplah sudah kriteria Raffi untuk menjadi seorang idola. Ketenaran yang dimilikinya semakin menjadi dengan bumbu kisah kehidupan pribadinya yang banyak di expose oleh infotainment. Siapa yang tidak tahu kisah cinta beda usia antara Raffi dan Yuni Shara? Bermula dari ditentangnya hubungan oleh ibunda Raffi, gaya hidup glamour Raffi yang kurang disukai Yuni, ejekan sahabat-sahabat Raffi terhadap hubungan mereka, beberapa wanita yang dikabarkan dekat dengan Raffi, Foto mesra Raffi dengan personil girl band, serta banyak lainnya yang ujung-ujungnya memutuskan hubungan Raffi – Yuni pada November 2012 lalu.
Lebih menghebohkan lagi adalah penggerebekan rumah Raffi pada minggu 27 Januari 2013 yang lalu karena diduga sedang digunakan untuk pesta narkoba bersama teman-temannya. Cerita pun berlanjut terus, sambung menyambung seolah tak akan putus. Berita tentang kepemilikan ganja, hasil tes urine negative, dugaan penjebakan, pemeriksaan di RSKO dan saat ini sudah sampai pada cerita rehabilitasi di Lido Sukabumi bahkan penolakan kunjungan Yuni dan kisah Raffi dengan Wanda Hamidah yang tidak ada hubungannya dengan Narkoba pun semakin laris manis disiarkan.
Anas Urbaningrum, Walau sebelumnya pernah menduduki beberapa posisi penting seperti ketua umum PB HMI, anggota KPU, sampai pada ketua fraksi partai demokrat di DPR RI, namun namanya melejit setelah mengalahkan Marzuki Alie di putaran kedua Kongres Partai Demokrat dalam pemilihan ketua umum Partai Demokrat Mei 2010 silam. Menduduki jabatan penting pada partai penguasa membuat Anas seolah tidak pernah lepas dari intrik politik. Sisi lain Anas juga tak luput dari incaran media seperti kegemarannya melihat sepakbola dan berwisata kuliner nusantara. Lelaki 43 tahun itu semakin banyak diperbincangkan setelah Nazzarudin menyeret namanya dalam pusaran skandal mega proyek Hambalang. Tantangannya untuk ‘menggantung Anas di Monas’ jika terbukti satu rupiahpun menikmati hasil korupsi hambalang banyak menuai kontroversi.
Isu kudeta terhadap posisi Anas sebagai Ketua Umum partai demokrat dan dis harmoisasi antar kader semakin melambungkan namanya. Diambil alihnya seluruh kekuasaan partai oleh ketua dewan Pembina yang juga Presiden RI, SBY semakin menarik dengan tidak datangnya Anas pada penandatanganan pakta integritas dengan alasan sakit. Tak berhenti sampai disitu bocornya Rap Sprindik (terlepas dari asli atau tidaknya) yang menyebutkan Anas sebagai ‘tersangka’ juga menambah panjang pemberitaan media tentang nya. Bahkan saat ini Anas resmi dicekal keluar negeri selama enam bulan dan Sprindik sudah dikeluarkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Jumat 22 Februari 2013.
Raffi Ahmad dan Anas Urbaningrum dua nama pesohor di negeri ini, yang satu seorang selebritis dan satunya politisi. Keduanya begitu menyita perhaitan public di bulan-bulan awal 2013 ini. Pagi sore siang dan malam, sepertinya setiap hari masyarakat begitu merindukan berita tentang Raffi dan Anas. Pemberitaan tersebut bahkan menutup banyak kisah dan kasus lain, seperti gunung meletus, banjir, tanah longsor dan bencana alam lainnya serta bencana social seperti kasus kematian bayi dan balita, kecelakaan, kasus century, dan masih banyak lagi. Gossip maupun fakta tentang Raffi diharapkan bisa mewakili sosoknya yang semenjak incident terjadi belum bisa ditemui media. Sosok Anas yang tenang dan tidak banyak bicarapun rupanya tidak menyurutkan pemberitaan tentangnya bahkan ‘status Blackberry’ nya yang bertuliskan ‘Politik Para Sengkuni’ menjadi headline dan perbincangan berhari-hari di media.
Raffi Ahmad dan Anas Urbaningrum saat ini sama-sama telah ditetapkan sebagai “Tersangka” Walaupun dalam kasus yang berbeda. Raffi dalam kasus penyalahgunaan narkotika dan Anas dalam kasus gratifikasi. Pun penetapan tersangka bagi keduanya mengundang reaksi yang berbeda dari masyarakat. Raffi sebagai tersangka penyalahgunaan narkotika begitu dielu-elukan dan tetap dipuja-puja oleh penggemarnya maupun sahabat-sahabatnya. Dengan penuh haru mereka menangisi penangkapan Raffi, silih berganti menjenguk di tahanan, menciptakan lagu pembakar semangat untuknya, bahkan merayakan ulang tahun dengan segala kehebohannya di BNN dan berbagai tempat lainnya.
Sedangkan penetapan Anas sebagai tersangka oleh KPK seolah-olah menjadi klimaks yang begitu ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Mana kawan mana lawan sudah terkaburkan oleh kepentingan politik masing-masing. Belum tentu menjadi tersangka pun, hujatan dan cacian kerap dilontarkan pada Anas baik secara langsung maupun tidak langsung. Media selalu mendengung-degungkan “Jum’at keramat” sejak beberapa minggu yang lalu yang memang kemudian penetapan Anas sebagai tersangka dilakukan pada hari jum’at ini.
Sebagai public figure Raffi begitu ditunggu untuk segera keluar dari tahanan dan sebaliknya Anas begitu ditunggu untuk segera masuk ke tahanan paling tidak begitulah yang tercermin dari pemberitaan media selama ini. Penetapan tersangka pada Raffi diiringi dengan isak tangis sementara penetapan tersangka bagi Anas diiringi dengan tepuk tangan. Selebritis dan Politisi memang selalu mendapatkan tempat di hati rakyat walaupun dengan porsi yang berbeda. Kasus-kasus moral yang kerapkali menimpa kedua profesi itu pun mendapatkan tanggapan yang bertolak belakang. Misalnya kasus tersebarnya video porno Ariel, walaupun terbukti secara sah dan meyakinkan sebagai pelaku dalam video dan sempat mendekam dalam penjara kenyataannya kembalinya Ariel kedunia hiburan justru semakin memboomingkan dirinya dan grupnya. Kasus lain sebagai pembanding adalah kasus Arifianto, politisi PKS yang tertangkap kamera sedang mengakses video porno saat berlangsungnya sidang di DPR. Ariel sebagai pelaku dan Arifianto sebagai consumer pun Raffi Ahmad dan Anas Urbaningrum, mendapatkan reaksi yang bertolak belakang dari masyarakat. Apakah semua itu karena Raffi Ahmad seorang selebritis dan Anas Urbaningrum seorang politisi? Wallahu’alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H