apa yang kamu pahami tentang kami
tempatku jauh tersembunyi di balik bukit sunyi pelosok negeri
tidak ada aspal mulus di atas hutanku yang kini tandus
bangkirai sudah lama terkulai, meranti yang bersemi turut pula mati
lubuk dan sungai ikut hancur tercerai berai
hanya ada huma sederhana di sisi gersangnya sabana
kami dan primata bernasib sama di ambang petaka
apa yang kamu pelajari dari kami
kaummu golongan terpelajar hingga mampu membuat pagar pada lahan jutaan hektar
kamu terlalu kuat lalu keberadaan kami digugat di atas tanah ulayat
entah demi gengsi atau semata arogansi kau ajari kami konservasi
padahal pada setiap onak dan duri petuah moyang tersimpan rapi
pada jeram yang mengalir deras mantera - mantera kami didaras
kami memang kurang beradab tidak sepertimu yang biadab
betulkah kamu mengenal kami
dengan semangat berkobar pidatomu lantang berkoar
tapi suaramu sayup terdengar dari tempatku yang hangus terbakar
atap hijau tempat kami bernaung habis dibabat mesinmu yang meraung
di surga inilah dulu ibu kami mengasuh mengapa kini kami dianggap musuh
di matamu kami hanya seonggok beban, tetapi tidak di mata Tuhan!
jika memang kau berilmu harusnya kau datang sebagai tamu
benarkah kamu mengerti kami
setelah gulungan rotan masuk ke sampan, gaharu serta cendana mengharumkan istana
lembah bukit ngarai dikoyak dan diurai
sampai burung enggang yang melayang tak bisa pulang
apa yang tersisa hanyalah teriakan kami yang binasa
kau tahu wahai saudaraku, telah habis waktuku
salam takzim kami untuk negeri yang jauh di hati
Â
Bogor, 7 April 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H