Nduk, cah ayu… Ijinkan bapak menuliskan sedikit aibmu yah ? Eh… bukan ding, ini bukan aib, namun kebiasaan lumrah anak balita menjelang umur lima tahun. Meski kamu belum genap berumur empat, namun bapak anggap aja kamu menjelang umur lima. Boleh kan nduk…? Tidak marah kan….?
Nduk, sebenarnya bapak pagi ini ingin menulis tentang kesuksesanmu tidak ngompol dalam beberapa hari ini. Dalam hitungan bapak, kamu sudah empat atau lima hari ini tidak ngompo. Kamu pun tidak terbangun dimalam hari untuk pipis.
Menurut bapak, itu luar biasa nduk… Bapak sangat bangga padamu.
Namun nduk, ternyata tadi pagi menjelang sholat subuh kamu ngompol. Tangismu membangunkan aku dan ibumu yang terkapar oleh mimpi. Dari sudut mataku yang masih sangat berat, kulihat ibumu bangun, untuk membawamu ke kamar mandi, membersihkan tubuhmu dari air kencing, lalu mengeringkan dan membebatmu dengan sehelai handuk. Menghangatkanmu dengan minyak telon dan kayu putih.
Sepertinya kamu masih kedinginan, hingga kau tetap menangis. Ibumu menggendong untuk beberapa saat, hingga engkau terdiam dan terlelap pulas dipelukanya.
Nduk, ingatlah itu. Ibumu memperlakukanmu sama persih dengan nenekmu memperlakukanku dulu. Camkan dan ingat ingat itu ya nduk. Berjanjilah….
Ada teman bilang ke bapak, bahwa “cinta ibu itu sepanjang jalan, cinta anak sepanjang galah.” Semoga cintamu pada ibumu tidak seperti itu ya nduk, berjanjilah….
Nduk, bapak mau minta maaf. Karena tadi pagi bapak hanya bangun sebentar dan kemudian tidur lagi. Seharusnya bapaklah yang membersihkanmu dan menggendongmu. Namun bapak tak lakukan itu dengan alasan sakit gigi. Sekali lagi, bapak mohon maaf ya nduk….
Nduk, kamu masih sesekali ngompol. Tidak mengapa kok nduk, bapak tetap sayang dan bangga kepadamu.
***
Sobat Anak, mengajarkan anak agar tidak ngompol itu paling bagus ketika anak sudah mampu diajak berkomunikasi. Saat itulah anak dan orang tua sudah mampu mengerti maksud masing masing.