Sudah lima hari ini kamu tidak ngedot nduk. Jangankan ngempeng seperti kesukaanmu selama ini, meminta pun tidak.
Dulu, jika kamu ngantuk, satu hal yang terucap dari mulut mungilmu adalah, “buk…, mimik cucu” atau “pak…, mimik cucu.” Setelah kami penuhi permintaanmu, sejenak kamu minta gendong. Dengan iringan lagu nina bobok, ilir ilir atau kasih ibu, biasanya kau pun segera tertidur pulas.
Itu dulu nduk….
Kini, jika kamu mengantuk, satu hal yang terucap dari mulut mungilmu adalah, “buk…, gendong” atau “pak…, gendong.” Hanya itu, tanpa permintaan mimik susu. Saat kami tawarkan, “mau mimik susu…?” dengan serta merta kau jawab, “nggak mau…., gendong aja…!” sambil merengek.
Nduk…., ternyata kamu sudah besar. Sudah tidak mau ngempeng lagi. Itu semua terjadi saat tujuh hari yang lalu, tepatnya tanggal 4 Juni 2012. Saat kedua gigi depanmu terasa sakit.
“Nduk…., lekaslah besar. Tinjulah congkanya dunia buah hatiku,” itu kata kata Iwan Fals yang sering bapak bisikkan di telingamu.
“Nduk…., lekaslah besar. Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain,” itu kata kata orang suci yang paling bapak hafal.
“Nduk…., lekaslah besar. Do’a dan harapan kami adalah agar kamu menjadi orang jujur. Itu saja. Tidak kurang dan tidak lebih. Tidak sulit kan nduk… ? Tolong penuhi harapan kami ya nduk…., cah ayu….”
Salam dari kami bapak dan ibumu.
— @lambangsarib —
www.lambangsarib.wordpress.com