Mohon tunggu...
dewa cengkar
dewa cengkar Mohon Tunggu... Lainnya - pengangguran

hanya pengangguran biasa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasiana, Arena Adu Otak atau Menulis?

5 April 2010   15:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:58 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_111345" align="alignleft" width="287" caption="www.fanpop.com/spots/tom-and-jer...om-jerry"][/caption]

Selama sebulan "indekos" di "Kompasiana", sebagai anak baru ada yang menarik dicermati. Pengalaman ini, tidak sama dengan ketika kita mengirimkan tulisan ke surat kabar, misalnya. Setelah mengirim, penulis seolah-olah lepas dari tanggung jawab untuk menjelaskan ulang kepada pembacanya. Begitu pun, misalnya membuat buku.

Tulisan di surat kabar atau buku, pembaca begitu leluasa menerjemaahkan makna, kaidah, isi tulisan. Sehingga, ada kesan terputus antara penulis dengan pembaca. Umpamanya, jurusan sastra begitu leluasa membedah isi tulisan dalam buku maupun surat kabar. Alat bedahnya pun sangat beragam, ada yang menghakimi melalui unsur intrinsik maupun ekstrinsiknya.

Tidak jarang pula mengupas dari aspek linguistik berikut tanda baca sehingga bahasa terindoktrinasi oleh makna-makna tersembunyi. Sehingga tafsirnya pun bisa lari ke kiri, kanan, belakang, depan, atas maupun bawah. Hasilnya pun cukup mencengangkan, dari hasil bedah itu banyak yang memeroleh gelar sarjana strata satu, dua maupun tiga.

Bahkan ada yang mencapai profesor. Padahal si penulis, tidak memeroleh gelar itu. Kadang pula penulis hanya tamatan SD, SMP dan SMA, jika pun kuliah kalau tidak drop out, lebih memilih ke luar dan menjadi kaum marjinal. Tapi tulisan mereka tidak jarang menghiasi perpustakaan, lemari, rak buku di rumah.

Kita pun selalu tidak pernah memersoalkan pendidikan para penulis. Namun yang tumbuh adalah kekaguman dan membuat tulisan mereka jadi rujukan, khususnya kesusastraan. Jika pun penulis berhubungan dengan audien, terbatas pada acara bedah buku, seminar maupun diskusi. Kita pun manut atas paradoknya.

Kembali ke persoalan "Kompasiana" alasan ngeblog di sini, tentu ada harapan untuk menggali potensi diri melalui keahlian menulis. Proses pembelajaran, sekaligus mendekatkan diri pada pengelola "Kompas" bagi penulis handal. Supaya ada kedekatan emosional. Jika sudah demikian, barang tentu ketika menulis dan dianggap layak bisa di muat di kompas cetak.

Harapan itu selalu ada pada setiap orang yang menjadi anggota blog sosial ini. Jika pun tulisannya belum memadai, barang tentu dijadikan ajang pembelajaran. Saya pun awalnya berpikiran demikian, tapi apa, lacur. Harapan besar memeroleh gambaran gaya, metode, tata bahasa maupun kosa kata luluh lantah tak tersisa.

Ketika gambaran itu musnah, ada sebuah harapan baru. Harapan yang tidak terpikirkan sebelumnya tapi sangat realistis. Misalnya, tulisan kita sejelek apa pun mendapatkan komentar. Komentarnya terlepas baik dan kurang baik. Membaguskan atau tidak, mencemooh atau tidak. atau hanya ditulis, haaahaaahaa ..... atau hanya smille.

Ragam tanggapan yang disampaikan, tentu kita pun harus putar otak untuk menjawab komentar itu supaya memuaskan. Konon etika, katanya perlu membubuhkan terima kasih karena orang lain sudah datang dan menyapa melalui komentar. Proses putar otak inilah yang tidak ditemukan dalam tulisan di media cetak atau buku.

Bagaimana menghadapi komentar yang cara pandangnya berbeda. Menghadapi komentar dengan kritikan pedas, namun di dalamnya mengandung pelbagai variable keilmuan. Meski secara kalimat tidak dijelaskan. Hanya tampak dari makna yang tersurat dari kalimat ada unsur ilmiahnya. Sehingga ketika menjawab pun, tidak mengaburkan inti persoalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun