Mohon tunggu...
dewa cengkar
dewa cengkar Mohon Tunggu... Lainnya - pengangguran

hanya pengangguran biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negeri Tahayul

29 April 2010   14:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:30 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_129513" align="alignleft" width="252" caption="http://nra20.wordpress.com/2009/10/18/hantu-indonesia-versi-wikipedia-plus-screenshot/"][/caption]

Masa kegelapan, bangsa ini terus berlanjut sampai saat ini. Selalu mendung menelikung dari pelbagai arah. Sementara, kita sendiri masih merasa berada pada abad pencerahan. Keyakinan berada pada abad pencerahan tak ubahnya merayu pada ketahayulan agar menjadi bingkai matahari terang benderang. Sungguh ironis.

Membaca warna Indonesia yang seolah-olah memiliki pencerahan di segala bidang. Hanya sebuah oase di padang pasir. Berkejaran dan saling berlomba mencari kedahagaan terlepas dari masa kesulitan. Berlomba mencapai titik tujuan paling depan dan menjadi champion. Sebuah romantisme purba yang tidak ajeg.

Kegelepan namun tidak ada upaya melakukan sebuah pencerahan. Bisa melalui ekonomi, sosial, politik dan seterusnya. Tapi pertanyaannya, siapa yang akan memulai melakukan pencerahan? Siapa yang akan menyingkirkan kabut hitam di pelupuk mata? Sebuah keniscayaan, ketika terjadi pertengkaran hampir di setiap penjuru kehidupan.

Saat itu juga tidak ada keinginan melakukan pelurusan dari sikap anomali. Aku pun prustasi atas semua ini. Meski di sana-sini terdengar cengkarama pelbagai hal. Mulai dari pengetahuan, sampai masturbasi fsykologi dan tidak jarang tentang agama. Tapi tetap saja kita berlari di tempat. Kemajuan apa yang diperoleh dari semua ini?

Negeri ini hanya baru bisa melahirkan pemikir-pemikir tahayul. Negeri ini baru bisa melahirkan politisi-politisi tahayul. Negeri ini baru bisa melahirkan pemikir keagamaan tahayul. Sebareg keahlian tahayul. Betapa nestapanya, hidup di negeri yang serba tahayul. Ini lah sebuah jaman kegelapan yang entah sampai kapan tercerahkan.

Penulis-penulis tahayul pun terus berkeliaran disetiap perempatan jalan. Hanya mencari bilah ketahayulan yang semakin menyimpan misteri. Lalu, kapan negeri ini mencapai kemakmuran seperti negara-negara lain?***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun