Jika melihat keadaan saat ini, keadaan dimana pendidikan di Indonesia khususnya di pulau Lombok bisa dikatakan masih dalam tahap menuju suatu keinginan untuk maju, “hanya masih dalam keinginan untuk maju”. Mengapa begitu? Bukankah keadaan pendidikan di Lombok adem ayem saja tidak ada masalah. Memang iya adem ayem, adem ayem yang saat ini menghasilkan “belum adanya suatu perubahan untuk menuju suatu langkah kemajuan”. Pendidikan di pulau Lombok membutuhkan orang yang mampu merubahnya menuju suatu kemajuan. Dengan cara apa? Iya kita butuh seseorang yang mampu memberontak untuk menjadikan pendidikan di pulau Lombok ini bisa maju. Memberontak bukan diartikan menjadi sebuah hal yang mengandung konflik, namun memberontak disini adalah dalam hal menuju perubahan yang lebih baik. Siapa sosok orang yang dibutuhkan untuk menjadi seorang yang nantinya akan membawa suatu perubahan didalam pendidikan di Indonesia khususnya di pulau Lombok.
Berbicara tentang bagaimana kategori sosok orang yang bisa membawa suatu perubahan dalam pendidikan di Indonesia khususnya di pulau Lombok tentunya bukan sembarang orang yang bisa dikategorikan menjadi seorang sosok yang bisa membawa suatu perubahan menuju suatu pendidikan yang lebih baik di Indonesia khususnya dipulau Lombok, namun dibutuhkan orang-orang yang mempunyai suatu komitmen dalam diri, mempunyai tanggung jawab dan bisa diandalkan yang tentunya orang-orang seperti ini adalah orang-orang pilihan yang jarang terlihat muncul J. Apakah dia bersembunyi atau mungkin sosok seperti ini jarang adanya? Maka seandainya sosok-sosok seperti ini ada dan banyak adanya di Indonesia, maka yakinilah pendidikan di Indonesia khususnya di pulau Lombok akan menjadi yang terbaik di dunia. Lalu kira-kira peransiapa yang akan cocok untuk memulai suatu perubahan menuju kemajuan dalam pendidikan?
Peran ini tentunya tidak lain dan tidak bukan adalah sosok orang yang tentunya ada dan berada dalam posisi yang berperan dalam pendidikan, sosok ini adalah pendidik ataupun guru yang ada di rancah lembaga pendidikan. Guru yang sesungguhnya adalah guru yang mempunyai suatu komitmen untuk menjadi seorang guru, bertanggung jawab dan bisa diandalkan yang kemudian nantinya sosok seorang guru ini bisa mendidik peserta didiknya menuju sebuah kemajuan yang tidak lagi mengandalkan bantuan namun percaya dengan kemampuan ia sendiri dengan pengetahuan emasnya.
Dan ternyata apa yang membuat pendidikan di Indonesia khusunya di pulau Lombok ini masih jalan-jalan di tempat, permasalahan utamanya adalah kualitas dari pendidiknya itu sendiri. Setelah dari beberapa penelitian yang saya lakukan, ternyata hasil yang saya temukan ialah bahwa banyak pekerja yang bekerja dalam lembaga pendidikan baik di SDN/MI, SMP/MTS, SMA/MA yang sebenarnya bukan dari latar belakang lulusan dari lembaga yang mencetak seorang pendidik. Lalu apakah itu berpengaruh didalam suatu kemajuan pendidikan? Jelas itu sangat berpengaruh di dalam suatu tujuan untuk memajukan pendidikan di Indonesia khsususnya di pulau Lombok.
Pekerja yang saat ini bekerja dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik namun bukan dari latar belakang yang lahir dari lulusan pendidik, ternyata bisa dikatakan hanya 50% pengetahuan yang peserta didik bisa terima darinya, hal ini dikarenakan pekerja yang bekerja saat ini di dalam lembaga pendidik bukanlah dari orang yang dicetak menjadi pendidik, namun orang yang berasal dari suatu ilmu murni yang bukan berlatarkan pendidikan. Misalkan guru yang ada saat ini ada yang dari lulusan program studi sosiologi murni, bukan dari sosok orang yang sebenarnya lulusan dari program studi pendidikan sosiologi. Ataupun matematika murni, biologi murni, kimia murni dan lain lain yang dimana program studi tersebut tidak sama sekali diajarkan untuk bagaimana cara mengajar, mengetahui perkembangan peserta didik dan bagaimana memahami peserta didik.
Mengapa bisa terjadi fenomena seperti ini, seorang yang seharusnya menjadi spesialis untuk mengajar malah tergantikan oleh yang bukan spesialis dalam mengajar. Mungkinkah persaingan orang yang lulusan dari latar belakang pendidikan kalah dengan orang yang bukan dari latar belakang lulusan pendidikan. Atau ada sesuatu yang salah didalam perekrutan tenaga kerja pendidik? Mungkin saja iya. Menagapa tidak jika kita melihat bagaimana tes untuk menjadi seorang pns (guru) kebanyakan pertanyaannya mengenai tentang pengetahuan umum yang rata-rata pertanyaannya bukan dari hal bagaimana cara melakukan pembelajaran dalam kelas, profesi keguruan dan semacamnya yang berisi tentang bagaiamana isi materi dalam pendidikan yang diajarkan.
Seharusnya pemerintah didalam memilih calon guru yang akan mengikuti ujian agar bisa masuk ke dalam lembaga pendidikan tidak hanya asal menerima, namun memilih dengan cermat, teliti dan tidak asal asalan, dengan kata lain ialah pemerintah seharusnya memilih calon pendidik yang berasal dari lulusan keguruan saja. Ini yang menurut saya perlu diperbaiki dan dijalankan agar tidak ada pekerja yang bekerja di lembaga pendidikan yang bukan dari lulusan keguruan seperti yang saya rasakan ketika masa SMA dulu.
Jujur saya tidak sepenuhnya mengerti dengan cara mengajar guru saya ketika kelas 1 dia mengajar mata pelajaran (**). Dan ketika saat tersebut, saya bertanya-tanya, mungkinkah cara belajar saya yang salah atau ada yang lain. Ternyata setelah saya mencari tau tentang guru tersebut dari lulusan mana, ternyata guru tersebut bukanlah dari lulusan yang berlatar belakang pendidikan keguruan. Yang saya rasakan ialah guru tersebut hanya mentransfer ilmunya saja, menerangkan didalam kelas, setelah itu sudah selesai. Ini sangat berbeda dengan guru yang berasal dari lulusan berlatar belakang keguruan yang saat itu mengajar ketika saya kelas 2 sampai 3 SMA dengan mata pelajaran yang sama, selain guru tersebut mentransfer ilmunya, guru tersebut tau bagaimana cara membimbing anak agar baik dalam belajarnya, memberikan motivasi dan selalu menjadi contoh yang baik bagi murid muridnya. Ini yang perlu diperbaiki didalam pendidikan Indonesia jika ingin pendidikan di Indonesia menjadi maju, yang paling utama adalah bagaimana mencetak seorang guru yang kreatif didalam mengajar agar peserta didiknya mampu memahami apa yang sedang dipelajarinya, bukan hanya memahami saja namun peserta didik bisa senang didalam belajarnya. Menjadi guru sesungguhnya tidak mudah, itu adalah pekerjaan yang sangat berat namun sungguh mulia. Selain seorang guru harus kreatif didalam mengajar, guru juga harus mempunyai etik yang sangat baik agar terciptanya suatu guru yang bisa dalam hal menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada anak, namun juga mampu menjadi contoh dan mampu menyampaikan nilai (transfer of value) di kesehariannya. (myharits*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H