Jepang adalah negara yang diakui oleh dunia karena perkembangan teknologinya yang selaras dengan mempertahankan budaya lokal. Jauh beda dengan indoneziale, perkembangan tekonologi yang tidak begitu berkembang-kembang banget. Berkembang sih tapi kalah dengan isu politik yang terus meningkat. Hal yang menarik dari indonesia adalah perkembangan budaya yang disebut bapar-baperan ala netizenionale yang akhir-akhir ini terpantau masif.
Bagaimana tidak, peradaban sebelumnya guru sekolah dasar mengajarkan tentang bagaimana cara menulis yang baik hingga akhirna polpen tidak digunakan lagi, lihat saja penulis kali ini menggunakan gedget pintarnya untuk menulis, guru-guru tak luput juga mengajarkan kita membaca ini bapak budi dan itu ibuk budi.
Kemajuan budaya yang kontras terlihat di Indonesia saat ini adalah budaya baper-baperan dan lapor-laporan, kali ini yang menjadi korban budaya baper adalah salah satu penerbit buku PT. Tiga Serangkai, yang menerbitkan buku ajar agama islam dan budi pekerti dengan nama Pak ganjar. Begini pertanyaannya :
Walaupun mendapatkan rizki yang banyak, pak ganjar tidak pernah bersyukur pak ganjar tidak pernah bersyukur dengan menyembelih hewan kurban pada hari raya idul adha. Pak ganjar termasuk orang yang?
A. Beruntung
B. Beriman
C. Rugi
D. Sukses
Pertanyaan diatas untuk anak Sekolah Dasar yang dikait-kaitkan dengan pak Ganjar pranowo selaku gubernur jawa tengah, yang membuat netizen geram dan melaporkan PT. Tiga Serangkai ke pihak yang berwajib.
Kasus tersebut membuktikan kebudayaan baper-baperan ala netizenionle indonesia semakin berkembang, patut kita syukuri walaupun PT. Tiga Serangkai tidak pernah bersyukur saat dilaporkan ke pihak yang berwajib.
Mari kita flshback ke kebudayaan sebelumnya ketika kita diajarkan membaca oleh guru dengan mengkait-kaitkan nama pak budi sebagai bahan ajarnya, mungkin berapa guru banyak yang menekam dipenjara gara-gara pak budi dan ibu budi. Untung saja bukan pak Budiman Soejatmiko. Lebih bersyukur lagi bukan nama Pak Joko, semakin ribet kan urusannya
Permasalahannya ini hanya nama, Pak Ganjar, siapa tau yang dimaksud oleh penerbit adalah pak ganjar susanto, pak ganjar wirono, kan bukan harus pak Ganjar Pranowo toh.Â
Tapi itu patut kita syukuri walaupun tidak pernah bersyukur, yang membuktikan kebudayaan kita selalu meningkat setiap tahunnya mengalahkan perkembangan teknologi dan budaya lokal jepang yang masih dipertahankan. Ndak berkembang-kembang dong. Ya jelas lebih menang Netizen indonesia dalam hal perkembangan kebudayaan yang di fasilitasi perkembangan teknologi jepang dan korea.