Berbagai jenis kerudung dalam islam (Sumber: https://www.dictio.id/uploads/db3342/original/3X/9/4/946650409c1d0e908565c94d6de472720149243e.png )
Kerudung atau penutup kepala ternyata bukan simbol dari suatu agama, hal ini bisa dilihat dari bagaimana orang-orang Kristen Ortodoks di Eropa Timur dan Rusia masih menggunakan kerudung atau Penutup kepala. Kerudung tidak hanya diasosiasikan dengan agama, bisa juga dengan kultur budaya dan juga geografis. Sebelum orang islam arab menggunakan kerudung dan cadar, wanita Yahudi Ortodoks sudah menggunakannya terlebih dahulu, bukan wanita muslim Arab yang menjadi penggagas kerudung dan cadar ini. Pada masa dulu ada juga praktek penggunaan kerudung bagi pria.
Sejarah pengguna kerudung jauh bermula di masa Mesopotamia kuno, tepatnya di Kerajaan Asiria Kuno, hal ini dibuktikan di dalam kode hukum Kerajaan Asyiria zaman pertengahan sekitar tahun 1400 sampai 1100 SM. Kode etik ini memerinci tentang penggunakan kerudung bagi para wanita di Asyria, tergantung tingkat social, pangkat, dan pekerjaannya. Wanita bangsawan menggunakan kerudung sebagai tanda kehormatan dan status tinggi, sebaliknhya para pelacur dan budak wanita dilarang untuk menggunakan kerudung dan akan mendapat hukuman berat jika melanggarnya. Penggunaan kerudung pada masa ini ternyata lebih menekankan perbedaan antara wanita terhormat dan wanita yang hina. Pada masa selanjutnya pada zaman Persia kuno,tradisi penggunaan kerudung terus berlanjut.
Di kebudayaan Mesir kuno juga mengenal tradisi penggunaan kerudung atau penutup kepala, agak berbeda dengan penutup kepala pada umumnya, wanita mesir kuno meutup kepala mereka menggunakan perhiasan kepala, perhiasan ini bisa menutup semua rambut atau hanya sebagian saja, hal ini dilakukan untuk membedakan antara wanita bangsawan dan wanita dari rakyat jelata. Ada sedikit fakta unik mengenai rambut di zaman Mesir kuno, pada masa itu para pria dan wanita bangsawan mencukur habis rambut mereka hingga botak, setelah itu mereka akan menggunakan rambut palsu atau wig. Model kerudung atau penutup kepala di mesir berubah ketika agama Kristen koptik dan islam masuk ke sana.
Kerudung di Jazirah Arabia sudah dikenal dari masa Pra-Islam, tentu cara penggunaan kerudung waktu itu berbeda dengan setelah agama islam ada. Penggunan kerudung di Jazkirah Arab lebih bersifat geografis daripada religi, hal ini disebabkan karena iklim dan topogragfis wilayah Jazirah Arab yang berupa gurun, panas, dan berdebu. Kerudung di di Jazirah arab memiliki fungsi praktis sebagai pelindung dari sinar matahari, dan debu terutama ketika terjadi badan pasir. Untuk cadar sendiri juga sudah dikenal sejak masa Pra-Islam, pada waktu itu mata pencaharian utama masyarakat Jazirah Arab adalah berdagang dalam kafilah-kafilah melewati trans yordania sampai ke daerah Siria. Ketika dalam perjalanan, dalam kafilah biasa berisi beberapa keluarga yang ikut, ketika mereka istirahat di suatu tempat mereka akan mendirikan tenda, biasanya mereka juga akan mendirikan tenda khusus untuk para wanita yang sedang datang bulan. Wanita yang sedang datang bulan, akan mengenakan cadar sebagai tanda dirinya sedang berhalangan, jadi fungsi cadar pada waktu itu sebagai simbol atau penanda.
Wanita Hindu di India juga memiliki tradisi penggunaan kerudung yang di sebut purdah. Purdah digenakan menutupi seluruh kepala sampai wajah. Alasan penggunaan purdah bagi wanita Hindu India lebih bersifat social dimana penggunaannya untuk menghindari bahaya ketika keluar rumah yaitu dari laki-laki yang tidak dikenal dan di dalam lingkungan rumah yaitu anggota keluarga laki-laki. Wanita Hindu India dilarang untuk bertatap langsung dengan anggota kelurga laki-laki dari pihak suami, entah itu ayah mertua atau ipar laki-laki, disinilah purdah digunakan agar wajah sang wanita ketika mereka sedang berhadapan tertutup.